Eksperience is The Best Teacher
(Program Induksi Pembelajaran Profesional Bagi Guru Pemula)
Oleh : Kartono, S.Pd
Guru SDN Kedongori 1
Pepatah mengatakan eksperience
is the best teacher yang artinya pengalaman merupakan guru yang paling baik. Pepatah
ini sering kita ucapkan untuk memberi
motivasi anak didik kita. Di sisi lain pepatah lama ini juga sangat bermanfaat
bagi guru. Walau terkesan kuno namun pepatah ini sangat tepat untuk
meningkatkan profesional guru. Untuk menjadi guru profesional harus mempunyai
banyak pengalaman. Banyak cara untuk memperoleh pengalaman antara lain melalui
teman di tempat kerja.
Tersedianya guru yang profesional merupakan salah satu faktor yang menopang
sistem pendidikan yang bermutu. Sistem
pendidikan yang bermutu dapat menghasilkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Sementara sumber daya manusia yang bermutu adalah investasi masa
depan. Sehingga bangsa Indonesia kelak menjadi negara yang maju dan sejahtera.
Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945
yang tertuang pada alenia IV yakni memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No 14 tahun 2005 ayat 1).
Tugas ini setiap hari selalu kita lakukan setiap berada di sekolah dalam rangka mengabdikan
diri terhadap bangsa. Tugas tersebut tidaklah mudah tetapi memerlukan
kualifikasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Terutama sertifat sebagai
pendidik yang dikeluarkan dari LPTK.
Mengingat peran guru yang sangat
strategis dalam pembangunan pendidikan, maka seorang guru harus dipersiapkan
dengan matang. Persiapan tersebut haruslah berkesinambungan mulai dari pre-service dan
pendidikan profesi guru di LPTK sampai menjadi guru pemula di satuan
pendidikan. Untuk diterima di LPTK harus melewati seleksi yang sangat ketat
melalui tes kompetensi, psikologi, dan pengetahuan umum. Demikian halnya
menjadi guru pemula memerlukan banyak pengalaman dan bimbingan dari guru yang
lebih senior.
Pada saat awal seorang
guru pemula mulai mengajar dan mengenal lingkungan sekolah mereka menghadapi
beberapa hambatan antara lain: pengenalan karakteristik peserta didik, budaya
sekolah, beradaptasi dan berkomunikasi dengan warga sekolah. Padahal pengenalan
guru pemula terhadap situasi sekolah akan menentukan karir dan profesionalitas
seorang guru selanjutnya. Salah satu program yang dapat membekali guru
pemula dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru pada awal mereka bertugas
adalah program induksi.
Kata induksi banyak
dipakai dalam pembelajaran sains. Pada materi magnet induksi diartikan sebagai
cara membuat magnet dengan mendekatkan magnet pada besi atau baja. Besi atau baja
yang didekatkan dengan magnet lama kelamaan akan berubah menjadi magnet. Magnet baru tersebut bila didekatkan
semakin lama sifat kemagnetannya semakin kuat, bahkan akan menyerupai aslinya.
Filosofi induksi demikian sama persis dengan program induksi yang
diimplementasikan dalam dunia pendidikan selama ini. Magnet asli merupakan
model guru profesional sementara besi atau baja ibarat guru pemula yang sedang
mencari pengalaman dalam mengajar, membimbing, dan melatih.
Program Induksi dalam
pendidikan adalah kegiatan orientasi, pelatihan di tempat kerja, pengembangan,
dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses pembelajaran
bagi guru pemula pada satuan pendidikan di tempat tugasnya. Induksi guru pemula
merupakan proses orientasi kegiatan mengajar dalam konteks satuan pendidikan
tertentu, dan menjadi pembelajaran profesional di tempat kerja selama tahun
pertama mengajar dan merupakan tahap awal dalam Pengembangan Profesional
Berkelanjutan (PPB) seorang guru.
Program Induksi
dirancang secara sistematis dan terencana berdasarkan konsep kerjasama dan
kesejawatan antara guru pemula, guru pembimbing, guru sejawat, kepala
sekolah, dan pengawas dengan pendekatan pembelajaran profesional.
Program ini menghargai guru pemula dan memberi kesempatan mendapat pengalaman
seluas-luasnya dengan kesadaran sendiri. Guru pemula dengan mudah bertanya bila
mengalami kesulitan.
Program Induksi bagi
guru pemula didasarkan pada pemahaman bahwa:
1.
Pembelajaran di tempat kerja merupakan
unsur utama bagi perkembangan dan pembelajaran professional guru pemula, Tahap
ini juga berperan penting dalam Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PPB).
2.
Pembelajaran professional
melibatkan guru dan kelompok guru yang mengembangkan praktek dan
pemahaman baru tentang pekerjaan mereka.
3.
Kerjasama dan dialog professional di
sekolah dapat mendukung pembelajaran professional, mengembangkan
praktik reflektif dan memperkuat pendekatan kolegalitas untuk
perkembangan sekolah.
4.
Pembelajaran professional guru merupakan
landasan bagi perkembangan sekolah dan peningkatan hasil belajar peserta
didik serta peningkatan status profesi.
Penyelenggaraan program induksi bagi
guru pemula didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Profesional; penyelenggaraan
program yang didasarkan pada kode etik profesi, sesuai bidang tugas;
2.
Kemitraan; menempatkan guru
pemula dan pembimbing sebagai mitra sejajar;
3.
Kesejawatan; penyelenggaraan atas
dasar hubungan kerja dalam tim;
4.
Mandiri; bekerja tanpa bergantung
pada pihak lain;
5.
Demokratis; menempatkan
kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan kelompok;
6.
Terbuka; proses dan hasil
kerja diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan;
7.
Fleksibel; menyesuaikan dengan
situasi dan kondisi lingkungan yang ada;
8.
Partisipasif; melibatkan banyak
pihak dalam pengambilan keputusan;
9.
Akuntabel; penyelenggaraan yang
dapat dipertanggungjawabkan kepada publik;
10.
Responsibel; penyelenggaraan
bekerja sesuai dengan tupoksinya;
11.
Sistemik, dilaksanakan secara
teratur dan runtut;
12.
Berkelanjutan, dilakukan secara
terus menerus dengan selalu mengadakan perbaikan atas hasil sebelumnya;
Program induksi dilaksanakan dalam
rangka menyiapkan guru pemula agar menjadi guru profesional dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Dengan demikian program induksi senantiasa dipantau dan
dievaluasi agar dapat diperbaiki di masa depan. Pemantaun dan evaluasi
sebagai salah satu bagian proses penjaminan mutu pendidikan terutama dalam
pemenuhan standar kompetensi guru sesuai dengan ketentuan yang telah diatur
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Selain itu, melalui program induksi
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran, sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan
mutu pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan dialami
oleh guru pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran, peserta didik, kondisi sekolah, dan
lingkungannya.
Sebagian besar program induksi telah
mendapat respon dari para stakeholders pendidikan. Kemungkinan ke depan
penerimaan seleksi CPNS melalui program induksi. Beberapa daerah mengadakan tes
CPNS dari guru yang sudah wiyata bakti. Asumsi ini sangat tepat mengingat para
guru wiyata bakti telah mendapatkan pengalaman mengajar sebelumnya dengan guru
senior yang sudah profesional dari instansi masing-masing. Akan berbeda bila
penerimaan guru CPNS berasal dari lulusan baru LPTK yang belum
mempunyai pengalaman mengajar secara nyata. Hal ini sangat riskan mengingat
sekarang tantangan global sangat luar biasa, peserta didik telah kental dengan
teknologi, dan membutuhkan banyak kompetensi untuk membekali hidupnya. Kondisi
demikian tentunya akan ballance bila diimbangai guru yang profesional.
Daftar Pustaka
Direktorat Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. 2009. Draft Petunjuk Teknis
Program Induksi Guru Pemula. Jakarta.
Gaspersz, Vincent.
2000. Penerapan Total Management In Education (TQME) Pada Perguruan Tinggi di
Indonesia, Jurnal Pendidikan (online), Jilid 6, No. 3 (http://www.ut.ac.id
diakses 20 Januari 2001).
Hanafiah, M. Jusuf,
dkk, 1994. Pengelolaan Mutu Total Pendidikan Tinggi, Badan Kerjasama Perguruan
Tinggi Negeri Nasution, MN, 2000. Manajemen Mutu Terpadu, Ghalia Indonesia,
Jakarta
Moh. Iwan Apriyadi.
2007. Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Artikel dipublikasikan diinternet.
Slamet, PH. 2000.
Karakteristik Kepala Sekolah Yang Tangguh, Jurnal Pendidikan, Jilid 3, No. 5
(online) (http://www.ut.ac.id diakses 20 Januari 2001).
Usman, Husaini, Peran
Baru Administrasi Pendidikan dari Sistem Sentralistik Menuju Sistem
Desentralistik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan, Februari 2001, Jilid 8, Nomor 1.
Best eCOGRA Sportsbook Review & Welcome Bonus 2021 - CA
BalasHapusLooking for an eCOGRA 토토사이트 Sportsbook https://octcasino.com/ Bonus? At kadangpintar this eCOGRA Sportsbook review, we're talking about a variety of deccasino ECCOGRA sportsbook 바카라 사이트 promotions.