Senin, 20 Juli 2015

MAKALAH FILASAFAT PENDIDIKAN MATERIALISME



BAB I
PENDAHULUAN


           Filsafat mempunyai dua cabang yaitu filsafat umum dan khusus. Filsafat pendidikan merupakan cabang khusus dari filsafat. Filsafat mempunyai beraneka ragam aliran,demikian  halnya dalam filsafat pendidikan pun ditemukan berbagai aliran. Beberapa aliran dipelopori para ahli pendidikan, yang didasarkan cara pandang, pemahaman, dan perenungan yang berbeda sesuai kondisi zaman saat itu. Semua aliran filsafat pendidikan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Salah satu aliran filsafat pendidikan adalah aliran materialisme. Aliran filsafat materialisme memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi. Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, bukan spiritual, atau super natural. Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun yang modren , manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama  dengan benda seperti kayu dan batu. Akan tetapi, materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih tunggal ketimbang benda-benda tersebut,tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan mereka.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi dapat dipahami sebagai bahan; benda; segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu yang termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Ini sesuai dengan kaidah dalam bahasa indonesia. Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka artinya adalah paham atau aliran.
            Dengan demikian,manusia sebagai makhluk alamiah harus dibedakan dengan benda-benda seperti bintang, pohon atau batu, sebab manusia adalah makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang dilibatkan kedalam proses produksi, dilibatkan kedalam hubungan kerja dan hubungan milik.




BAB II
PERMASALAHAN
1.    Apa yang mendasari pemikiran materialisme?
2.    Siapa saja tokoh aliran materialisme?
3.    Bagimana karakteristik aliran materialisme?
4.    Bagaimana pandangan implementasi aliran materialisme dalam dunia pendidikan?




























BAB III
PEMBAHASAN

     A.  Dasar  dan Definisi Pemikiran  Materialisme
           1. Dasar Pemikiran Materialisme
                  Menurut pandangan epikuros, dapat ditemukan dua zaman materialisme yaitu zaman kuno dan modern. Para pemikir materialisme diawali dari Barat, seperti Prancis, Jerman, dan Yunani.  Beberapa tokoh antara lain Lucrateus Carus, L’homme, Feuerbach, Moleschott, Bucher, dan Haecka. Pandangan mereka hampir sama bersifat mekanis-otomatis (manusia mesin). Muncul kisaran abad ke-18 hinga abad ke-19. Sudah ada pandangan jiwa sebetulnya sama dengan fungsi otak.
              Pandangan materialisme mereka terhadap alam, alam semesta terdiri dari suatu aglomerasi atom-atom,yang dikuasai oleh hukum-hukum fisis-kimiawi. Kemungkinan tertinggi atom-atom itu ialah dapat membentuk manusia. Atom-atom merupakan bagian dari yang begitu terkecil sehinggamata kita tidak dapat melihatnya. Atom-atom itu bergerak,sehingga dengan demikian membentuk realitas pada panca indra kita.
             Bilamana dikatakan bahwa manusia mempunyai roh,jiwa atau kesadaran dan seorang materalis pun tidak segan mengatakan demikian,maka hal itu tidak berarti bahwa mereka juga menerima suatu unsur non-materil dalam dunia atau dalam diri manusia. Apa yang mereka sebut kesadaran,jiwa atau roh ,pada akhirnya tidak lain daripada sejumlah fungsi serta kegiatan otak. Juga kemungkinan kombinasi-kombinasi atom dan karena itu tidak pernah melampaui potensi-potensi jasmani. Materialisme memang masih berbicara tentang refleksi diri,keinsafan social dan etis,tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan,tapi serentak berusaha mereduksikan semuanya itu kepada kemungkinan-kemungkinan dan daya-daya materi. Tapi,suatu penjelasan semata-mata materialistis tentang fenomena-fenomena manusiawi tersebut tidak memuaskan. Bagaimana pandangan materialism tentang kemungkinan ultimmanusia,tentang makna keberadaan kita,kemungkinan terakhir adalah kematian: hancurnya struktur atom-atom manusia,peleburan serta penyebaran kombinasi atom-atom.Bagi materialisme,tidak ada dasar apa pun untuk menerima diterima kelanjutan hidup non-personal dari materi yang tidak dihancurkan,jadi tinggal tetap. Para materialis yang konsekuen tidak mungkin menerima kebebasan dalam arti yang sebenarnya,karena mereka menganut suatudeterminisme ketat. Beberapa diantara mereka menganggap sebagai makna kehidupan,bilamana kata ini toh tetap mereka pertahankan,menerima saja yang akan datang,menyerah kepada nasib,fatum. Namun ada juga materialis yang mempunyai cita-cita lebih tinggi dan menaruh perhatian untuk kemungkinan-kemungkinan yang paling tinggi dibidang rohani,etis dan budaya,berusaha menjadi manusia dalam perwujudannya yang paling indah.

      2.   Definisi Pemikiran Materialisme
       Istilah materialisme dapat diberi definisi dengan beberapa cara,diantaranya:
a.   Materialisme adalah teori yang mengatakan bahwa atom materi yang berada sendiri dan bergerak merupakan unsur-unsur yang membentuk alam dan bahwa akal dan kesadaran (conciousness) termasuk didalamnya segala proses pisikal merupakan mode materi tersebut dan dapat disederhanakan menjadi unsur-unsur fisik.
b.    Bahwa doktrin alam semesta dapat ditafsirkan seluruhnya dengan sains condong untuk menyajikan bentuk materialism yang lebih tradisional.
           Pada akhir-akhir ini,doktrin tersebut dijelaskan sebagai energisme yang mengembalikan segala sesuatu kepada bentuk energy,atau sebagai suatu bentuk dari positivisme yang memberi tekanan untuk sains dan mengingkari hal-hal seperti ultimate nature of reality (realitas yang paling tinggi,baca: Allah SWT)
           Dalam arti sempit,materialism adalah teori yang mengatakan bahwa semua bentuk dapat diterangkan menurut hokum yang mengatur materi dan gerak. Materialisme berpendapat bahwa semua kejadian dan kondisi adalah akibat yang lazim dari atau bentuk-bentuk yang lebih tinggi dalam hanya merupakan bentuk yang lebih kompleks daripada bentuk inorganik atau bentuk yang lebih rendah ,bentuk yang lebih tinggi tidak mengandung materi atau energy baru dan prinsip sains fisik adalah cukup untuk menerangkan segala yang terjadi atau yang ada. Semua proses alam,baik inorganic atau organic telah dipastikan dan dapat diramalkan jika segala fakta tentang kondisi sebelumnya dapat diketahui.[6]
           Disini masih dapat dibedakan materilisme dalam arti kata luas yang mengakui kekhususan alam rohani dan jiwa,tetapi memandangnya sebagai semacam alam kebendaan yang halus sekali sifatnya,lain daripada alam kebendaan biasa atau kasar. Pandangan ini juga disebut materialism dualitas (atau bahkan pluralitas) seperti dianut oleh Demokritos.yang membedakan atom-atom jiwa daripada atom-atom biasa,atau mazhab Stoa,yang berpendapat bahwa segala sesuatu mempunyai struktur badani,namun juga menerima adanya semacam “angin” ilahi yang menjiwai segal sesuatu (pneuma).



B.    Tokoh-Tokoh Aliran Materialisme

1. Macam-macam aliran materialisme
Terdapat beberapa macam-macam yang terdapat pada aliran materialisme:
  1.  Materialisme Mekanik
           Menurut materialism mekanik, akal dan aktivitas-aktivitasnya merupakan bentuk-bentuk behavior (pelaku makhluk hidup). Karena itu,psikologi menjadi suatu penyelidikan tentang brhavior,dan akibatnya,otak dan kesadaran dijelaskan sebagai tindakan-tindakan otot,urat syaraf dan kelenjar-kelenjar. Materialisme mekanik mempunyai daya tarik yang sangat besar oleh karena kesederhanaannya.
  1. Materialisme Dialektis
Materialisme dialektis melibatkan subyek didalam filsafatnya, jalan untuk memahami alam kebendaan kini lewat manusia,yaitu manusia dalam dimensi sosialnya,manusia yang hidup dalam suatu masyarakat yang berproduksi.
  1.  Materialisme Extrim
            Materialisme extrim merupakan semua perubahan dan perkembangan di dunia ini sama sekali gerak mesin, mesin dunia dan alam ini. Manusia tidak mempunyai kedudukan istimewa sebagai benda alam. Menurut  Feurbach, hanya mengakui realitas alam,manusia pun tak lain dari benda alam. Pengetahuannya ialah pengalamannya,arah tujuannya ialah cenderung alam. Adapun cebderung alam itu amat utama.
            Pengetahuan hanya merupakan alat untuk memuaskan cenderung. Kepuasan yang disetujui manusia itu,karena memang tujuannya,merupakan kebahagiaan manusia. Bagi kesusilaan dan tindakan manapun juga serta dalam berpikir berlakulah sikap,terimalah dunia (alam) ini apa adanya.

d.  Materialisme Vitalistis
            Dalam pandangan yang vitalistis ini diterima adanya prinsip hidup. Yang hidup itu lain sekali dari yang tidak hidup. Walaupun memiliki prinsip hidup,namun tidak berbeda dengan binatang pada intinya,maka pandangan yang demikian itu disebut materialisme.[9]
e.   Materialisme Modern
Materialisme modern mengatakan bahwa alam (universe) itu merupakan kesatuan material yang tak terbatas,alam  selalu ada dan akan tetap ada


2.  Tokoh-tokoh aliran materialisme
           Terdapat beberapa tokoh-tokoh yang terdapat pada aliran materialisme:
a.   Demokritos (460-360 SM)
           Demokritos merupakan pelopor pandangan materialism klasik,yang disebut juga “atomisme”.
b.    Julien de Lamettrie (1709-1751)
           Mengemukakan pemikirannya bahwa binatang dan manusia tidak ada bedanya,karena semuanya dianggap sebagai mesin. Buktinya,bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak),sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau beberapa saat saja.
c.    Ludwig Feuerbach (1804-1972)
Ludwig Fuerbach mencanangkan suatu metafisika,suatu etika yang humanistis,dan suatu epistemology yang menjunjung tinggi pengenalan inderawi. Oleh karena itu,ia ingin mengganti idealisme Hegel (guru Feurbach) dengan materialisme.
d.   Karl Marx (1818-1883)
Nama lengkap Karl Heinrich Marx,dilahirkan di Trier,Prusia,Jerman. Sewaktu menjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran Hegel dan dapat mencapai gelar dokter dalam bidang filsafat.[10] Pemikiran Karl mark disebut pula dialektik materialisme dan historis materialisme. Di dalam berpikir,Karl Marx menggunakan dialektika dari Hegel,oleh sebab itu disebut dialektika materialisme. Demikian pula disebut historis materialisme karena berdasarkan kepada perkembangan masyarakat atau sejarah atas materinya.

      C.   Karakteristik Materialisme
       Karekteristik umum materialisme pada abad delapan belas berdasarkan pada suatu asumsi bahwa realitas dapat dikembangkan pada sifat-sifat yang sedang mengalami perubahan gerak dalam ruang (Randall,et al,1942). Asumsi tersebut menunjukkan bahwa:
1.  Semua sains seperi biologi,kimia,psikologi,fisika,sosiologi,ekonomi,dan yang lainnya ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal (sebab akibat). Jadi,semua sains merupakan cabang dari sains mekanika.
2.  Apa yang dikatakan “jiwa” (mind) dan segala kegiatan-kegiatannya (berpikir,memahami) adalah merupakan suatu gerakan yang kompleks dari otak,system urat saraf,atau organ-organ jasmani yang lainnya.
3.  Apa yang disebut dengan nilai dan cita-cita,makna dan tujuan hidup,keindahan dan kesenangan,serta kebebasan,hanyalah sekedar nama-nama atau semboyan,symbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi,semua fenomena social maupun fenomena psikologis adalah merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal.[8]
Cabang materialism yang banyak diperhatikan orang dewasa ini,dijadikan sebagai landasan berpikir adalah “positivisme”. Menurut positivism,kalau sesuatu itu memang ada,maka adanya itu adalah jumlahnya, Jumlah itu dapat diukur. Oleh karena itu,segala yang ada dapat diamati dan diukur. Sebaliknya segala yang tidak dapat dipelajari secara positif
           Menurut Comte,terdapat tiga perkembangan berpikir yang dialami manusia yaitu:
1. Tingkatan Teologis
Pada tingkatan teologis,pola berpikir manusia dikuasai oleh tahayyul dan prasangka. Kepercayaan atas kekuatan gaib diluar manuasia sangat mendasari cara berpikir abstrak.
2.  Tingkatan Metafisika
Pola berpikir manusia telah meninggalkan teologis,namun masih berpikir abstrak,masih mempersoalkan hakikat dari segala yang ada,termasuk hakikat yang gaib juga.
3.  Tingkatan Positif
Tingkatan berpikir berdasarkan pada sains,dimana pandangan dogmatis dan spekulatif metafisika diganti oleh pengetahuan faktual.

D.  Implementasi Aliran Materialisme dalam Dunia Pendidikan

1.   Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme
           Materilisme maupun positivisme, pada dasarnya tidak menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1956). Materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan. Menurut Waini Rasyidin (1992), filsafat positivisme sebagai cabang dari materialism lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara factual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains pendidikan.
           Dikatakn positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah yang mendasarkan fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata,yaitu yang mereka namakan positif.

2.  Pandangan Materialisme Mengenai  Belajar Behaviorisme
           Menurut behaviorisme,apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung pada kegiatan fisik,yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Gerakan fisik yang terjadi dalam otak, kita sebut berpikir, dihasilkan oleh peristiwa lain dalam dunia materi,baik material yang berada dalam tubuh manusia maupun materi yang berada diluar tubuh manusia.
           Pendidikan,dalam hal ini proses belajar,merupakan proses kondisionaisasi lingkungan. Misalnya, dengan mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada kucing,akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anal dan kucing diatas). Yang dimaksud dengan perilaku adalah hal-hal yang berubah,dapat diamati,dan dapat diukur (materialisme dan positivisme). Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan (proses belajar) menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains,serta perilaku sosial sebagai hasil belajar.

3.  Pandangan Materialisme Terhadap Implikasi Pendidikan
            Power (1982) mengemukakan beberapa implikasi pendidikan positivism behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialism,sebagai berikut:
a. Tema
Manusia yang baik efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah. Dalam proses pembelajaran saat ini pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu saintific menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam menggali imformasi. Pendekatan ini relevan dengan pandangan materialisme positivisme.
b.  Tujuan Pendidikan
Perubahan perilaku, mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya, untuk tanggung jawab hidup social dan pribadi yang kompleks. Perubahan perilaku tampak dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional antara lain membentuk jiwa mandiri, cerdas, dan kreatif. Namun pandangan materialisme kurang memperhatikan aspek kompetensi spiritual.
c.  Kurikulum
Isi pendidikan mencakup pengetahuan yang dapat dipercaya, dan organisasi, selalu berhubungan dengan sasaran perilaku. Muatan lebih banyak didominasi pengetahuan alam dan sosial. Pengetahuan relegius, moral, dan budipekerti kurang mendapat perhatian pada aliran materialisme.



d.  Metode
Pembelajaran lebih banyak menggunakan cara memberikan stimulus-respon. Guru harus pandai memberikan rangsangan siswa untuk belajar, melalui reinforcemen pemberian hadiah, dan penghargaan. Bentuk penghargaan nyata, bisa menumbuhkan motivasi untuk melakukan kegiatan.
e.   Kedudukan Siswa
Materialisme menuntuk siswa untuk giat belajar. Siswa tidak diberi ruang kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang oleh guru. Siswa dipersiapkan untuk hidup sesuai harapan orang tua atau guru. Kompetensi dalam diri siwa sulit untuk berkembang dengan baik.
f.   Peranan Guru
Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Pembelajaran lebih banyak diketahui guru, sementara siswa mengikuti skenario yang telah disusun sesusuai yang dikehendaki guru.

4.   Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Empiris
           Pandangan Thomas Hobbes,sebagai pengikut empirisme materialistis,ia berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan, juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis semata,sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan pengurangan.











BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Implementasi pendidikan sekarang pada dasarnya tidak disusun secara eksplisit sesuai dengan filsafat pendidikan materialisme. Aliran ini bisa diimplimentasikan hanya pada sebagian kecil proses pembelajaran. Bahkan belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan. Materialisme mempunyai macam-macam varian,tetapi semuanya memegang bahwa material merupakan dasar dari segala sesuatu yang ada dan semua hal lain tergantung kepada material ini. Dan pada hakikat realismenya adalah materi bukan spiritual,atau super natural. Jadi materialism merupakan paham yang menyatakan bahwa yang nyata hanyalah materi.
            Implikasi yang bersumber pada filsafat pendidikan adalah sebagai berikut:
1.      Tema
2.      Tujuan Pendidikan
3.      Kurikulum
4.      Metode
5.      Kedudukan Siswa
6.      Peranan Guru

B.   Saran
          Paham materialisme  bisa memberi kontribusi bagi pendidik dalam menjalankan pendidikan. namun hendaknya tidak hanya menggunakan satu literatur filsafat pendidikan saja, yang mendasari dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang kompleks. Hakikatnya semua paham filsafat pendidikan mempunya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
 Selanjutnya penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saya mengharapkan  kritik dan sarannya dari makalah saya ini untuk menjadi acuan saya kedepann dan kesempurnaannya.







DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Asmoro. 2010.  ”Filsafat Umum”. Jakarta: Rajawali Pers.
Hartoko, Dick . 1980. ”Orientasi didalam Filsafat”. Jakarta: PT.Gramedia.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2000. Jakarta: Balai Pustaka.
Poedjawijayatna. 1997. ”Manusia dengan Alamnya”. Jakarta: Bina Aksara.
Praja, Juhaya S. 2003. ”Aliran-Aliran Filsafat dan Etika”. Jakarta: Kencana.
Sudarsono.1993.  ”Ilmu Filsafat Suatu Pengantar”. Jakarta: Rineka Cipta.
Syadil, Ahmad dan Mudzakir. ”Filsafat Umum”. Bandung: Pustaka setia,1997.
Usiono.”Filsafat Pendidikan”. Medan: Perdana Publishing.
Weij, P.A.Van der . ”Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia”. Jakarta: PT Gramedia Pustaka. 

[1] Ahmad Syadil dan Mudzakir,”Filsafat Umum”,Bandung: Pustaka setia,1997,hlm.134
[2] Sudarsono,”Ilmu Filsafat Suatu Pengantar”Jakarta: Rineka Cipta,1993,hlm.334
[3] . P.A.Van der Weij,”Filsuf-Filsuf Besar Tentang Manusia”,Jakarta: PT Gramedia Pustaka,hlm.108
[4]. Usiono,”Filsafat Pendidikan”,Medan: Perdana Publishing,hlm.116
[5] . P.A.Van der Weij, op.,cit, hlm.109
[6] . Juhaya S. Praja,”Aliran-Aliran Filsafat dan Etika”,Jakarta: Kencana,2003, hlm. 144
[7] . Dick Hartoko,”Orientasi didalam Filsafat”,Jakarta: PT.Gramedia,1980, hlm. 157
[8] . Usiono, 0p.,cit ,hlm.116
[9] . Poedjawijayatna,”Manusia dengan Alamnya”,Jakarta: Bina Aksara,1997,hlm.61
[10]. Asmoro Achmad,”Filsafat Umum”,Jakarta: Rajawali Pers,2010,hlm.135

Sumber internet:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar