Senin, 20 Juli 2015

MAKALAH PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN KARAKTER MANDIRI MELALUI BERMAIN KERANGKA LAYANG-LAYANG

JURNAL
MAJALAH DEMAKTIKA
DINAS PENDIDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA
KABUPATEN DEMAK

JUDUL

PENINGKATKAN  HASIL BELAJAR DAN KARAKTER MANDIRI  MELALUI BERMAIN KERANGKA LAYANG-LAYANG PADA MATERI FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI SD NEGERI KEDUNGORI 1 TAHUN P2LAJARAN 2014/2015

Disusun Oleh   
Nama             : KARTONO, S.Pd
NIP                 : 19710627 199903 1 007
Instansi         : SD Negeri Kedungori 1 Dempet
                            Demak
Alamat Email : kartonosutet@yahoo.co.id


UPTD PENDIDIKAN PEMUDA
DAN OLAH RAGA KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2015

PENINGKATKAN  HASIL BELAJAR DAN KARAKTER MANDIRI  MELALUI BERMAIN KERANGKA LAYANG-LAYANG PADA MATERI FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI SD NEGERI KEDUNGORI 1 TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Kartono*)
kartonosutet@yahoo.co.id

Abstrak: tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar dan katakter mandiri siswa pada materi Faktor Persekutuan Terbesar dengan menggunakan model pembelajaran bermain kerangka layang-layang.. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan selama empat bulan dalam dua siklus. Subyek penelitian siswa kelas enam SDN Kedungori 1 oleh 35 siswa..Sedangkan analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif persentase dengan rumus: Σ = N / YX 100%. Untuk menentukan peningkatan hasil belajar dianalisis dengan teknik deskriptif komparatif. Indikator kerja penelitian ini dianggap berhasil jika 85% dari semua siswa tuntas, Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran bermain kerangka layang-layang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI Matematika di SDN Kedungori 1 bahan mencari FPB dua angka. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar kondisi hasil belajar prasiklus 54,86 kategori cukup, 68,86 kondisi siklus 1 kategori baik, dan pada siklus 2 rata-rata hasil belajar 85,71  kategori sangat baik.dan karakter mandiri siswa sangat baik.
 
Kata Kunci :  bermain kerangka layang-layang, hasil belajar, karakter Mandiri[1]




PENDAHULUAN
Matematika mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan membantu daya pikir manusia.  Perkembangan pesat di berbagai bidang teknologi,  informasi,  dan komunikasi juga tidak lepas dari perkembangan matematika.  Dalam buku model kurikulum terbitan BSNP tahun 2008 pada latar belakang pengajaran matematika disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar tujuannya untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis,  analitis,  sistematis, kritis,  dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik  dapat memiliki kemampuan memperoleh,  mengelola,  dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah,  tidak pasti,  dan kompetitif.
Bertolak dari peranan dan manfaat matematika terhadap perkembangan teknologi di berbagai bidang tersebut, guru di sekolah Dasar  diharapkan memberikan pembelajaran matematika secara optimal sehingga tujuan dari pengajaran matematika dapat tercapai. 
Realitanya jauh dari harapan.  Umumnya hasil belajar matematika pada sebagian besar siswa memperoleh hasil yang rendah.  Demikian halnya siswa peneliti di SDN Kedungori 1.  Pada waktu pembelajaran matematika dengan materi menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 Bilangan dari 35 siswa di kelas VI, hanya 11 siswa yang mencapai standar ketuntasan minimal atau hanya 31 % saja. Rendahnya hasil belajar matematika tersebut dimungkinkan oleh persepsi siswa terhadap mata pelajaran matematika. Sebagian besar siswa menganggap pelajaran matematika adalah pelajaran yang menakutkan,  menjadi momok bagi mereka.  Tidak sedikit pula siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran yang paling sulit dan membosankan.  Jika dicermati ketakutan dan kurang tertarik  pada pelajaran matematika itu barawal dari ketidakmengertian atau ketidakjelasan siswa pada materi pembelajaran matematika.
Untuk mengubah persepsi siswa terhadap pelajaran matematika,  dari anggapan matematika itu membosankan dan menakutkan menjadi matematika itu mudah,  mengasyikkan  dan menyenangkan Oleh karena itu perlu peran guru untuk mewujudkannya. Mengingat materi pembelajaran matematika itu bersifat abstrak, maka cara yang dipandang efektif adalah guru harus menggunakan model pembelajaran dan alat peraga yang menarik.  Dengan model pembelajara dan alat peraga, sesuatu yang sifatnya abstrak bisa diubah menjadi konkrit.  Disamping itu siswa akan menjadi lebih aktif,  pembelajaran lebih mengasyikkan dan menyenangkan sehingga siswa menjadi lebih bergairah yang imbasnya tentu saja adalah hasil belajar yang dicapai siswa menjadi   maksimal.
 Dalam proses pembelajaran model pembelajaran yang disertai alat peraga menarik juga berfungsi  sebagai penyaji stimulus (informasi, dan lain-lain) dan untuk meningkatkan keserasian siswa (menyamakan persepsi) dalam penerimaan informasi. Fungsi model pembelajaran dan alat peraga dalam proses pembelajaran ini adalah untuk mengatasi hambatan dalam proses komunikasi, interaksi,  mengatasi keterbatasan fisik dan mengatasi sifat pasif siswa.  Alat peraga atau media juga diperlukan untuk menunjang pembelajaran bermakna.
Hal ini disebabkan siswa dapat secara langsung mengkonstruksi pengetahuan yang ada, sehingga hasil belajar optimal. Adapun model pembelajaran yang akan peneliti gunakan pada pembelajaran matematika dengan materi menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 bilangan dengan model Bermain Kerangka Layang – layang Penggunaan  model pembelajaran ini peneli titerapkan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri atas dua siklus..
Berdasarkan catatan-catatan guru ketika melakukan refleksi setelah pembelajaran selesai dan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat peneliti berhasil mengidentifikasi masalah yang terjadi pada saat pembelajaran yaitu pembelajaran kurang berhasil penguasaan materi masih di bawah KKM, siswa kurang dilibatkan dalam proses pembelajaran, dan kosentrasi siswa masih rendah dalam mengikuti pelajaran
Peneliti menganalisis penyebab terjadinya masalah tersebut: guru masih menerapkan pembelajaran konvensional, mendominasi kelas, menggunakan metode  ceramah,  tidak menggunakan alat peraga yang menarik siswa, dan penjelasan guru tidak interaktif.
Sedangkan dari siswa,  penyebab terjadinya kegagalan pembelajaran matematika dengan materi menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 bilangan  adalah: siswa mengalami ketakutan/kecemasan pada matematika (math anxianty), Matematika dianggap sulit oleh siswa, siswa bosan mengikuti pembelajaran, dan siswa tidak tertarik dengan cara penyajian guru.
Adapun rumusan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini bagaimana cara meningkatkan hasil belajar dan karakter mandiri siswa pada mata pelajaran Matematika tentang Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 Bilangan di kelas VI semester 1 Tahun Pelajaran 2014 /  2015 SDN Kedungori 1 Kecamatan Dempet melalui Bermain Kerangka Layang-layang ?”
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran bermain Kerangka Layang - Layang pada pembelajaran matematika dengan materi Menentukan Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) sampai 3 bilangan.
Secara teoristis, jika penelitian ini terbukti bahwa melalui model pembelajaran bermain kerangka layang-layang dapat meningkatkan hasil belajar siswa berarti dapat dijadikan acuan teori untuk penelitian selanjutnya. Selebihnya penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya paedagogik.
Secara praktis, penelitian ini bermafaat bagi: guru untuk berimprovisasi dalam proses kegiatan pembelajaran,  guna mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi sebagai akibat pembaharuan kurikulum, siswa akan senang belajar matematika dengan cara yang sesuai perkembangan daya nalarnya, dan bagi institusi membantu sekolah. untuk berkembang karena adanya kemajuan pada diri guru dan pendidikan di sekolah tersebut.
LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS
Hakikat Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.  Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit.  Pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisiensi, dan tepat, dalam pemecahan masalah: menggunakan penalaran pada pola dan sifat,  melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan pada matematika; memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model  dan menafsirkan solusi yang diperoleh: mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, dan atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari maematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.  Adapun ruang lingkup matematika di Sekolah Dasar meliputi aspek bilangan, geometri, dan pengukuran dan pengolahan data.

Pemahaman konsep matematika
Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek penilaian yang harus dilakukan guru pada mata pelajaran matematika, bertalian dengan hal tersebut Depdiknas (2003 : 5) memberikan pedoman mengenal beberapa kompetensi yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan penilaian, yaitu:
-     Pemahaman konsep, siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentifikasi, dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep tersebut.
-      Prosedur, Siswa mampu    mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar.
-     Komunikasi, siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan
-     Penalaran, siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana
-     Pemecahan masalah, siswa mampu memahami masalah, memillih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah

Hakikat Belajar dan Proses Pembelajaran
Belajar
Menurut Hilgard dan Bower, belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi  itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (M. Ngalim purwanto, 1997:84).
Sedangkan Gagne menyatakan belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi (M. Ngalim purwanto, 1997:84)
Selanjutnya menurut  Morgan menyatakan bahwa belajar adalah setiap perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman (M. Ngalim purwanto, 1997:84).
Dari definisi-definisi yang dikmukakan di atas dapat dikemukakan adanya beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar yaitu :
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
                 Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

Proses Pembelajaran
Proses Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Proses pembelajaran banyak berakar pada berbagai pandangan dan konsep. Oleh karena itu, perwujudan proses dapat terjadi dalam berbagai model. Bruce Joyce dan Marshal Weil mengemukakan 22 model mengajar yang dikelompokkan ke dalam 4 hal, yaitu (1) proses informasi, (2) perkembangan pribadi, (3) interaksi sosial, dan (4) modifikasi tingkah laku (Moh. Uzer Usman, 1995:1).
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan  dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang baik, guru dan siswa harus bersama-sama aktif sehingga proses pembelajaran tidak menjemukan. Keaktifan siswa meliputi siswa tertarik pada pelajaran yang diajarkan dan mau bertanya. Dalam hal keaktifan guru, maka guru harus dapat membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan mencoba melakukan sesuatu yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dihadapi. Guru yang kreatif dalam pembelajaran diharapkan dapat membangkitkan minat dan mendorong semangat siswa untuk bertanya dan mencoba melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pelajaran yang dihadapi serta suasana kelas terasa lebih hidup karena terjadi komunikasi multi arah antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.
Alat Peraga
Alat peraga merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan sesuatu atau isi pelajaran, memperjelas, dan menarik perhatian siswa sehingga dapat mendorong proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar . Alat peraga sebaiknya mudah cara menggunakannya, tidak berbahaya, mudah dicari, murah harganya, dan lebih utama lagi siswa dapat membuatnya sendiri (Achmad DS, 19961:1).
Dengan demikian alat peraga pendidikan merupakan alat pembelajaran yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena dengan menggunakan alat peraga akan lebih menarik perhatian siswa dan hasil yang diperoleh tidak verbalisme. Barang-barang yang tidak bermanfaat di lingkungan sekitar sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk membuat alat peraga.
Supaya penggunaan alat peraga dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka guru harus menggunakannya dengan semaksimal mungkin. Meskipun dengan benda sederhana asalkan guru dapat menggunakannya dengan tepat maka materi pelajaran yang diberikan kepada siswa akan dapat diterima dengan jelas.
Alat peraga sangat beragam jenisnya. Ada yang berupa gambar, benda tiruan ataupun benda yang sesungguhnya. Hal yang utama dalam penggunaan alat peraga yaitu disukai siswa, harganya murah, mudah dicari dan tidak berbahaya. Biasanya siswa SD akan sangat suka dan tertarik dengan benda yang berwarna-warni. Oleh karena itu agar alat peraga dapat mencapai sasarannya, guru dituntut untuk dapat mengatasi hal-hal yang dapat menghambat penggunaannya.
Kemampuan berpikir siswa terkait dengan tingkat usia. Siswa Usia sekolah dasar pada umumnya masih berada pada taraf berpikir kongkrit, artinya siswa akan memahami hakikat sesuatu bila disertai dengan bendanya. Alat peraga permainan Kerangka layang -layang akan membantu siswa memahami suatu peristiwa, hal ini terkait langsung dengan kualitas rangsangan berpikir yang diperoleh siswa.
Menurut teori penerimaan rangsangan, secara berjenjang daya mengingat hanya mencapai 10% apabila hanya membaca dan akan meningkat menjadi 20 % apabila disertai dengan mendengarkan keterangan. Jika kedua hal tersebut diikuti enggan melihat benda secara konngkrit daya ingat mencapai 30 %. Akan meningkat lagi ke 50 % apabila seseorang membaca, mendengar, melihat atau mengamati kejadian. Jika terjadi diskusi terhadap sesuatu yang dipelajari maka ingatan akan mencapai 70 % dan mencapai 90 % jika melakukan percobaan. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa untuk dapat mencapai daya tangkap yang tinggi pada materi Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ) penggunaan alat peraga Kerangka layang -layang sangat diperlukan.
Alat peraga kerangka layang-layang merupakan tergolong alat peraga murah. Terbuat dari bahan-bahan yang ada di sekitar  peneliti yaitu sapu lidi/bilah bambu dan angka kalender. Penggunaannya relatif sederhana, mudah dikenal siswa dan sesuai dengan perkembangan anak. Peraga ini bisa gunakan secara individu dan kelompok.
Alat dan Bahan
Kerangka layang -layang yaitu berbagai potongan  sapu lidi. Ada 2 potong panjang 30 cm dan 5 potong pendek 20 cm, yang masing-masing dapat digabungkan secara vertikal dan horisontal. Potongan panjang untuk vertikal, potongan pendek untuk horisontal. Dan berbagai nomor untuk mengotak atik angka.





 







NOMOR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
                            1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kegunaan
Alat peraga permainan Kerangka layang -layang dapat digunakan untuk memudahkan siswa mengerjakan operasi hitung Faktor Persekutuan Terbesar ( FPB ).  Umumnya siswa mengalami kesulitan bila mengerjakan soal FPB  dengan mencari faktor atau melalui faktorisasi prima. Prosesnya terlalu panjang kadang kurang teliti yang mengakibatkan jawaban salah. Hal ini sering menimbulkan apatis pada soal berikutnya.

Model Bermain Kerangka layang -layang
            Model pembelajaran dengan  permainan adalah suatu model pembelajaran yang dikemas dalam bentuk permainan yang berfungsi membentuk sikap keingintahuan dan menyederhanakan kerangka berfikir, meningkatkan motivasi dalam belajar matematika, memberikan kesempatan berfikir, menggunakan taktik dan strategi dalam memenangkan permainan sambil belajar matematika, dan dapat  memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk belajar sesuai tingkat kesiapan pengetahuannya
          Membuat kegiatan matematika dalam bentuk permainan dapat mengkondisikan   suasana belajar yang kompetitif dan menyenangkan.
Tujuan Penggunaan Permainan dalam Belajar Matematika
          Permainan yang digunakan dalam kegiatan belajar matematika bertujuan untuk memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep materi, memberikan kesempatan kepada siswa berlatih agar lebih trampil berhitung dan memberikan kegiatan penguatan dengan cara yang secara naluriah disenangi siswa
          Menanamkan kemampuan perseptual dalam menghubungkan sejumlah obyek dengan lambang bilangan, dan mengklasifikasikan obyek berdasarkan sifat-sifatnya. Melatih anak untuk mempermudah persoalan yang rumit. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir logis dalam memecahkan masalah

 METODE PENELITIAN
           Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kedungori 1 selama empat bulan dari bulan Juli s.d. Oktober 2014. Adapun subjek penelitiannya siswa kelas VI semester 1 sejumlah 35 siswa terdiri atas 21 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.
      
Sedangkan teknik analisa data menggunakan teknik analisis kuantitatif dan kualitatif. Data-data tersebut  dianalisis untuk dibandingkan dengan teknik deskriftif prosentase yaitu menghitung jumlah siswa yang tuntas dengan jumlah siswa seluruhnya dikali seratus persendengan rumus: ∑=N/Y  X 100% (N=Jumlah siswa yang tuntas, Y=jumlah semua siswa, Sudjana, 2002:67) pada tiap siklus. Untuk mengetahuan peningkatan perbaikan pembelajaran data kuantitatif tiap siklus dianalisa dengan teknik deskriftif komparatif.
Hasil penghitungan observasi karakter mandiri siswa dikonsultasikan dengan tabel criteria diskriftif prosentase dalam 5 kategori yaitu sangat baik (86-100), baik (71-85), cukup (55-70), kurang (50-54), dan sangat kurang (0-49).(Murni, 2010:52).
            Indikator penelitian ini adalah anak mencapai tuntas belajar apabila anak mendapat nilai minimal 65% atau mendapat nilai ≥ 65%. Penelitian ini dianggap berhasil apabila 85% dari seluruh anak mendapat nilai ≥ 65% dan 85% dari seluruh siswa Karakter mandiri siswa dikatakan berhasil bila kategori ≥ baik. (Mulyasa,  2003:101).
        Penelitian tindakan kelas ini menggunakan teori Kurt Lewin (Arikunto,2006:16) yang menunjuk empat komponen penelitian tindakan kelas yakni: perencanaan(planning), tindakan(action),pengamatan(obser
ving), dan refleksi(reflecting).
            Sesuai teori penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus dalam satu pertemuan (2x35 menit). Tiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
       Teknik pengumpulan data menggunakan observasi pada lembar penilaian yang dibagikan siswa setelah mengikuti tes akhir pembelajaran dan perilaku mandiri siswa dalam pembelajaran. Observasi difokuskan pada perolehan hasil belajar dan karakter mandiri siswa yang dikorelasikan dengan kegiatan guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

HASIL  PENELITIAN
Data Pra Siklus
Diperoleh gambaran yang menurut H.M.Akib Hamid dan Nan Heryanto dalam Statistik Dasar (2004:3.5) bahwa peneliti mengadakan refleksi terhadap keoptimalan penggunaan model pembelajaran atau alat peraga dalam pembelajaran.
Berdasarkan data pra siklu yang ditemukan peneliti hasil belajar siswa masih rendah seperti tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Belajar Pra Siklus
No
N.siswa
 (x)
Frekuensi
Fx
1
2
3
4
5
6
7
8
9
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2
5
6
6
5
3
5
2
1
40
150
240
300
300
210
400
180
100

Jumlah
35
1920

Rata-rata
-
54,86

Indikator Kerja
11
31%

Sebelum perbaikan siswa yang menguasai materi pelajaran diatas  65 % hanya 11 siswa dari 35 siswa atau 31%. Disini guru hanya menggunakan metode konvensional ceramah,tanya jawab dan tugas. Guru belum menggunakan alat peraga kerangka layan g-layang.
Beberapa siswa masih perlu banyak berlatih untuk memahami konsep, penguasaan materi siswa masih kurang, dan siswa masih banyak memerlukan bimbingan. Hal ini dikarenakan model pembelajaran yang masih konvensional dan tanpa alat peraga.
 Maka diperlukan perbaikan pembelajaran pada siklus I yang menitikberatkan pada kegiatan guru dan siswa dengan model pembelajaran bermain kerangka layang - layang.

Data Siklus I
Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan identifikasi masalah dan perumusan masalah sebagai acuan untuk membuat rencana perbaikan siklus I.
Peneliti juga menyiapkan skenario model pembelajaran bermain kerangka layang-layang dan media pembelajaran yang akan digunakan yaitu alat peraga kerangka layang - layang. Dalam perencanaan telah disusun lembar pengamatan bagi pengamat serta merancang tes formatif.
Perbaikan pembelajaran siklus I dilaksanakan secara bertahap yang diawali dengan appersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Hasil tes formatif ini dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut berhasil atau tidak
Dari data yang dilakukan oleh pengamat diketahui bahwa guru sudah menggunakan materi, menggunakan alat peraga dan memberikan soal latihan yang cukup tetapi guru belum mengoptimalkan penerapan model belajar bermain kerangka layang - layang.
Sedangkan pengamatan terhadap siswa diperoleh data bahwa  masih ada siswa yang kurang konsentrasi, malu bertanya dan diberi pertanyaan tidak menjawab sehingga penerapan model pembelajaran Bermain kerangka layang-layang kurang maksimal. Siswa perlu dirangsang untuk berani bertanya dan mengerjakan soal secara mandiri.
Untuk melatih karakter mandiri siswa dalam mengerjakan soal latihan, guru menyediakan alat peraga kerangka layang-layang setiap kelompok.
Diperoleh data nilai rata – rata 68,86. Dari 35 siswa baru 18 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sedangkan 17 siswa yang lain memperoleh nilai kurang dari 65.
Karakter mandiri siswa yang sebelumya cenderung cukup, meningkat menjadi cenderung baik dan ada yang sangat baik. Hal ini tampak pada banyaknya siswa yang mampu mengerjakan dan memilih soal sendiri meningkat 25 siswa dari 12 siswa kondisi sebelumnya.
Oleh karena itu direncanakan perbaikan pembelajaran siklus II. Berikut ini penulis akan menyajikan gambaran dalam bentuk tabel dan grafik dari hasil perolehan nilai siswa perbaikan pembelajaran siklus I.
Tabel. 2. Data Hasil Bel. Siklus I
No
Nilai siswa (x)
Frek.
Fx
1
2
3
4
5
6
7
40
50
60
70
80
90
100
4
4
9
2
10
3
3
160
200
660
140
800
270
300

Jumlah
35
2410

Rata – rata
-
68,86

Indikator Kerja
18
51%



 Data Siklus II
Perencanaan tindakan pada siklus II didasarkan atas hasil refleksi pada siklus I. Pada tahap perencanaan ini peneliti merancang rencana perbaikan pembelajaran Siklus II, menyiapkan alat peraga kerangka layang – layang dan media pembelajaran, menyiapkan lembar observasi dan soal tes formatif.
Perbaikan pembelajaran siklus II dilaksanakan secara bertahap yang diawali dengan appersepsi dan diakhiri dengan tes formatif. Hasil tes formatif ini dianalisa hasilnya untuk menentukan apakah upaya perbaikan pembelajaran tersebut berhasil atau tidak
Dari data yang dilakukan oleh pengamat dikatahui bahwa guru sudah menyampaikan materi, menggunakan alat peraga dan memberikan soal latihan yang cukup tetapi guru belum mengoptimalkan penerapan model pembelajaran Bermain Kerangka Layang-layang. Sedangkan pengamatan terhadap siswa diperoleh data bahwa  siswa sudah konsentrasi dan respon terhadap materi, ada keberanian bertanya dan diberi umpan balik tampak aktif sehingga penerapan model pembelajaran ini sudah maksimal.
Peneliti mengadakan refleksi bahwa perbaikan pembelajaran siklus II dengan teknik Bermain Kerangka Layang-layang ada kemajuan signifikan. Sehingga dapat dikatakan perbaikan pembelajaran siklus II lebih baik dari Siklus I. Dari analisa data hasil belajar yang dicapai oleh siswa pada perbaikan pembelajaran siklus II diketahui bahwa nilai terendah 40 nilai tertinggi 100 dan nilai rata – rata 68,86. Dari 35siswa baru 18 siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 sedangkan 17 siswa yang lain memperoleh nilai kurang dari 65. 
Karakter mandiri siswa meningkat pesat. Hal ini tampak pada banyaknya siswa yang mampu mengerjakan dan memilih soal sendiri meningkat 33 siswa dari 25 siswa kondisi sebelumnya. Ada 2 siswa masih memerlukan bimbingan karena mengalami lambat belajar.
Oleh karena itu tidak perlu ada siklus selanjutnya. Berikut ini penulis akan menyajikan gambaran dalam bentuk tabel hasil perolehan nilai siswa perbaikan pembelajaran siklus II.



Tabel. 3. Data Hasil Belajar Siklus II
No
Nilai siswa (x)
Frek.
Fx
1
2
3
4
5
60
70
80
90
100
3
2
17
8
5
180
140
1360
720
500

Jumlah
35
3000

Rata - rata
-
85,71

Ind.Kerja
31
91%

Hasil tersebut bila dibandingkan dengan data kondisi awal kelas dengan siklus I maka mengalami peningkatan dimana hasil tes formatif siklus I rata-rata 68,86 meningkat 15,00 dari pra siklus yang hanya 54,86. Prosentase ketuntasan di atas KKM 65 dari pra siklus yang hanya 31% menjadi 51% jadi ada peningkatan 20%. Demikian halnya pada siklus II skor rata-rata 85,71 dan prosentase ketuntasan mencapai 91% jauh lebih baik dari kondisi awal dan siklus I. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada table berikut:



Tabel. 4 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa  dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Hasil Belajar
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Rata – rata
54,86
68,86
85,71
Indikator Kerja
31%
51%
91%

       Berhasilnya Bermain Kerangka Layang-layang meningkatkan hasil belajar siswa, disebabkan karena siswa mengenal kerangka layang-layang yang digunakan sebagai media bermain dan belajar di lingkungannya. Media ini sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga terasa lebih rileks dalam mengerjakan variasi soal-soal FPB. Siswa mampu menyelesaikan soal-soal secara mandiri dan tumbuh karakter rasa ingin tahu.
       Dilihat dari variabel karakter mandiri siswa pada pelaksanaan pembelajaran mulai kondisi awal mengalami peningkatan baik dan sangat baik, dan penurunan karakter mandiri cukup, kurang, dan sangat kurang, seprti tampak pada tabel berikut:

Tabel.5Data Peningkatan Karakter Mandiri Siswa dari Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Karakter Mandiri
Pra Sik.
Sik. I
Siklus II
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kur.
4
8
11
7
5
10
15
6
3
1
15
18
1
1
-

 PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa secara umum implementasi model pembeljaran Bermain Kerangka Layang-layang dapat meningkatkan hasil belajar dan karakter mandiri Matematika materi mencari FPB siswa Kelas VI semester 1 SDN Kedungori 1 Dempet Demak tahun pelajaran 2014/2015.
Penulis menyarankan kepada rekan guru agar mengoptimalkan pembelajaran melalui berbagai aktivitas mecoba menerapkan inovasi pembelajaran seperti penelitian tindakan kelas ini tentu saja relevansikan dengan kondisi peserta didik. Selamat mencoba!

DAFTAR PUSTAKA
Agus Mulyana, Asnawi Zainul, 2008,Tes dan Asesmen di SD,Jakarta, UniversitasTerbuka.
Akib Hamid, Nar Heryanto ,2008,Statistik Dasar,Jakarta Universitas Terbuka.
Asep Herry Hermawan  ,dkk,2008,Pengembangan Kurikulum da Pembelajaran ,Jakarta,Universitas Terbuka.
BNSP. 2006. Standar Isi. Jakarta
Depdikbud. 1994. GBPP Matematika SD Tahun 1994. Jakarta
Denny Setiawan, dkk. Kompuer dan Media Pembelajaran. Jakarta : UnVIersitas Terbuka
Dr. Wina Sanjaya, M.Pd. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Hudoyo, Herman. 1990 Straegi Belajar Matematika. Malang : IKIP Malang Press
I.G.A.K.Wardani, Kuswaya Wihardi, Nochi Nasution, 2008. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Universitas Terbuka
Kasri,    M.K. 1994, Pelajaran Matematika Penekanan Pada Berhitung. Jakarta :  Erlangga
Karso,dkk. Pendidikan Matematika1. Jakarta : UnVIersitas Terbuka
Mulyasa.  2004.  Kurikulum Berbasis Kompetensi.  Bandung : Remaja Rosda Karya
Udin.S.Winataputra, 2004.Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka.











      

























































SURAT PERNYATAAN
                Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama                                                                    :  KARTONO, S.Pd
NIP                                                                         :  19710627 19903 1 007
Tempat dan tanggal lahir                              :  Demak, 27 Juni 1971
Pangkat / Golongan                                        :  Penata Tk.1  / IIID
Jabatan                                                                                :  Guru SD
Alamat Sekolah                                                 : SD Negeri Kedungori 1 UPTD Dikpora
                                                                                   Kecamatan  Dempet  Kabupaten Demak
                                                                                   Propinsi Jawa Tengah
Alamat Rumah                                                  : Desa Babat RT 05 RW I Kecamatan
                                                                      Kebonagung Kabupaten Demak Propinsi Jawa
                                                                      Tengah
NO.HP                                                                  : 081 325 365 916
                Dengan ini menyatakan bahwa artikel yang berjudul PENINGKATKAN  HASIL BELAJAR DAN KARAKTER MANDIRI  MELALUI BERMAIN KERANGKA LAYANG-LAYANG PADA MATERI FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VI SD NEGERI KEDUNGORI 1 DEMPET DEMAK TAHUN PELAJARAN 2014/2015, benar-benar asli belum pernah dimuat di media lain.
                Demikian surat pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.
                                                                                                                                Demak. 5 Januari 2015
Mengetahui
Kepala SDN Kedungori 1                                                                                               Penulis



SUPRIYANTO, S.Pd                                                                                          KARTONO, S.Pd
NIP. 19621005 198304 1 001                                                         NIP. 19710627 199903 1 007















      

             










*) Guru SDN Kedungori , UPTD Dikpora Kecamatan Dempet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar