BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Salah peranan yang amat urgen dalam
peningkatan mutu pendidikan adalah ditentukan melalui proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan timbal balik antara guru dan siswa,
antara siswa dan siswa, serta anatara siswa dan lingkungan. Semakin berkualitas
proses pembelajaran maka kualitas mutu pendidikan semakin baik.
Proses pembelajaran yang baik menurut
Undang-Undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 merupakan
kegiatan yang bermakna, menantang, menarik, efektif, dan menyenangkan. Guru
sebagai agen pembelajaran mempunyai peranan penting untuk menciptakan sussana
pembelajaran yang nyaman bagi siswa. Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam
proses belajar pembelajaran, guru mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar
itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi
lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan
membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran
tersebut.
Guru juga mengemban tugas yang berat
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yg diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Berhasilnya tujuan pembelajaran
ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi,
membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi
permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran
guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik
dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep
mata pelajaran yang akan disampaikan.
Tujuan pendidikan nasional adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani kepribadian yang mantap
dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan bangsa (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1998: 3). Tujuan pendidikan nasional ini sangat luas
dan bersifat umum sehingga perlu dijabarkan dalam Tujuan Institusional yang
disesuaikan dengan jenis dan tingkatan sekolah yang kemudian dijabarkan lagi
menjadi tujuan kurikuler yang merupakan tujuan kurikulum sekolah yang diperinci
menurut bidang studi/mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran (Purwanto,
1988 :2). Tujuan instruksional dijabarkan menjadi Tujuan Pembelajaran Umum dan
kemudian dijabarkan lagi menjadi Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK).
Dalam mencapai Tujuan Pembelajaran
pada mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar, khususnya siswa kelas VI SDN
Kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan Dempet Kabupaten Demak masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini
terlihat dari masih rendahnya nilai mata pelajaran IPA dibandingkan dengan nilai
beberapa mata pelajaran lainnya, mata pelajaran IPA peringkat nilainya
menempati urutan paling bawah dari enam mata pelajaran yang diujikan secara
tertulis, bertitik tolak dari hal tersebut di atas perlu pemikiran-pemikiran
dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar siswa dalam mempelajari
konsep-konsep IPA tidak mengalami kesulitan, sehingga tujuan pembelajaran
khusus yang dibuat oleh guru mata pelajaran IPA dapat tercapai dengan baik dan
hasilnya dapat memuaskan semua pihak. Oleh sebab itu penggunaan metode
pembelajaran dirasa sangat penting untuk membantu siswa dalam memahami
konsep-konsep IPA.
Metode pembelajaran jenisnya beragam
yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang
sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul
dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran.
Sedangkan penggunaan metode
eksperimen diharapkan dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar
mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian
siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada
gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat
dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut di atas
maka dalam penelitian in memilih judul “ Penerapan Metode Eksperimen Untuk
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Pada Materi Membandingkan Benda Konduktor dan
Isolator Panas Siswa Kelas VI SDN Kedungori 1 Tahun Pelajaran 2013/2014”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:
- Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar IPA siswa Kelas VI Semester 1 SDN Kedungori 1 pada Materi Membandingkan Benda Konduktor dan Isolator Panas dengan diterapkannya metode eksperimen?
- Bagaimanakah pengaruh metode eksperimen terhadap motivasi belajar siswa Kelas VI Semester 1 SDN Kedungori 1 pada Materi Membandingkan Benda Konduktor dan Isolator Panas?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
- Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya metode eksperimen.
- Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan metode eksperimen.
D. Manfaat
Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat:
- Bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep IPA dengan metode eksperimen.
- Bagi guru dapat memberikan tambahan pengayaan cara mengajar dengan bantuan metode demonstrasi sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapi dengan baik.
- Bagi lembaga dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi tentang salah satu alternative cara pembelajaran IPA pada siswa dengan pemanfaatan metode pengajaran dalam mencapai tujuan intruksional.
E. Batasan
Masalah
- Konsep IPA yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada Materi Pokok Konduktor dan Isolator Panas.
- Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
- Penelitian ini dilakukan pada siswa Kelas VI SDN Kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan Dempet Kabupaten Demak tahun pelajaran 2013/2014.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara,
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingka laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman. (KBBI, 1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut
Sutomo (1993: 68) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan
lingkungan seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia
belajar untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula.
Sedangkan belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku
yang bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi
perubahan dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap
dan lain-lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pembelajaran adalah
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang
disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk
melakukan kegiatan pada situasi tertentu.
B. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya
ditandai dengan adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap
ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut
Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah sebagai berikut:
- Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam bentuk angka-angka.
- Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
- Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
- Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan
dengan menggunakan metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
- Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat
IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan
menggunakan metode ilmiah dan diawali
dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
C. Proses Belajar Mengajar IPA
Proses dalam pengertian disini
merupakan interaksi semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar
mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan (inter independent) dalam
ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 200: 5).
Belajar diartikan sebagai proses
perubahan tingka laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang
setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik
aspek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari
tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman,
2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan
yang memerlukan tanggungjawab moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya
membimbing siswa dalam kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam
hubungannya dengan anak didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses
belajar.
Proses belajar mengajar merupakan
suatu inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang
mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.
Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru
Pendidikan Agama Islam, proses belajar mengajar dapat mengandung dua
pengertian, yaitu rentetan kegiatan perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan
sampai evaluasi program tindak lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan
guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program
tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu yaitu pengajaran IPA.
D. Prestasi Belajar IPA
Belajar dapat membawa suatu perubahan
pada individu yang belajar. Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku
dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan
pengalaman yang dituju pada hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar
di sekolah. Menurut Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil
yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan
hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan
ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan
seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar.
Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian
tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah
berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru
dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di
sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka
dapt diartikan bahwa prestasi belajar IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa
setelah melibatkan secara langsung/aktif seluruh potensi yang dimilikinya baik
aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (keterampilan)
dalam proses belajar mengajar IPA.
E. Metode Eksperimen
Karena kemajuan teknologi dan ilmu
pengertahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam
cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah
salah satu cara mengajar, di mana siswa melakukan suatu percobaan tentang
sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian
hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaulasi oleh guru.
Penggunaan teknik ini mempunyai
tujuan agar siswa mamapu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas
persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga
siswa dapat terlatih dalam cra berpikir yang ilmiah (scientific thinking).
Dengan eksperimaen siswa menemukan bukti keberanaran dari teori sesuatu yang
sedang dipelajarinya.
Agar penggunaan teknik eksperimen itu
efisien dan efektif, perlu pelaksana memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Dalam eksperimen setiap siswa harus mengadakan percobaan, maka jumlah alat dan bahan atau materi percobaan harus cukup bagi tiap siswa.
- Agar eksperimen itu tidak gagal dan siswa menemukan bukti yang meyakinkan, atau mungkin hasilnya tidak membahayakan, maka kondisi alat dan mutu bahan percobaan yang digunakan harus baik dan bersih.
- Kemudian dalam eksperimen siswa perlu teliti dan konsetrasi dalam mengamati proses percobaan, maka perlu adanya waktu yang cukup lama, sehingga mereka menemukan pembuktian kebenaran dari teori yang dipelajari itu.
- Siswa dalam eksperimen adalah sedang belajar dan berlatih, maka perlu diberi petunjuk yang jelas, sebab mereka disamping memeproleh pengetahuan, pengalaman serta keterampilan, juga kematangan jiwa dan sikap perlu diperhitungkan oleh guru dalam memilih obyek eksperimen itu.
- Perlu dimengerti juga bahwa tidak semua masalah bisa dieksperimenkan, seperti masalah yang mengenai kejiwaan, beberapa segi kehidupan sosial dan keyakina manusia. Kemungkinan lain karena sangat terbatasnya suatu alat, sehingga masalah itu tidak bisa diadakan percobaan karena alatnya belum ada.
Bila siswa akan melaksanakan suatu
eksperimen perlu memperhatikan prosedur sebagai berikut:
- Perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, mereka harus mehami masalah yang akan dibuktikan melalui eksperimen.
- Kepada siswa perlu diterangkan pula tentang:
-
Alat-alat
serta bahan-bahan yang akan digunakan dalma percobaan.
-
Agar tidak
mengalami kegagalan siswa perlu mengetahui variable-variabel yang harus
dikontrol dengan ketat.
-
Urutan
yang akan ditempuh sewaktu eksperimen berlangsung.
-
Seluruh
proses atau hal-hal yang penting saja yang akan dicatat.
-
Perlu
menetapkan bentuk catatan atau laporan berupa uraian, perhitungan, grafik dan
sebagainya.
- Selama eksperimen berlangsung, guru harus mengawasi pekerjaan siswa. Bila perlu memberi saran atau pertanyaan yang menunjang kesempurnaan jalannya eksperimen.
- Setelah eksperimen selesai guru harus mengumpulkan hasil penelitian siswa, mendiskusikan ke kelas, dan mengavaluasi dengan tes atau sekedar Tanya jawab.
Teknik eksperimen kerap kali digunkan karena memiliki
keunggulan ialah:
- Dengan eksperimen siswa berlatih menggunanakan metode ilmiah dalam menghadapi segala masalah, sehingga tidak mudah percayha apdda sesuatu yang belum pasti kebenarannya, dan tidak mudah percaya pula kata orang, sebelum ia membuktikan kebenarannya.
- Mereka lebih aktif berpikir dan berbuat, hal mana itu sangat dikehendaki oleh kegiatan mengajar belajar yang modern, di mana siswa lebih banyak aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
- Siswa dalam melaksanakan proses sendiri kebenaran sesuatu teori, sehigga akan mengubah sikap mereka yang tahayul, ialah peristiwa-peristiwa yang tidak masuk akal.
F. Motivasi
Belajar
1. Pengertian Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau
organisme yang menyebabkan kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian
tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk
menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi
kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu
yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan
tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002:
114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang
kedalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses
belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi
dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan mateti
itu dengan lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi
yang mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
- Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi
Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai
akibat dari dalam individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan
dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115),
motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati,
1994: 105) ada beberapa strategi dalam mengajar untuk membangun motivasi
intrinsik. Strategi tersebut adalah sebagai berikut:
1)
Mengaitkan
tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2)
Memberikan
kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok.
3)
Memberikan
banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber
belajar di sekolah.
4)
Sesekali
memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5)
Meminta
siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi
intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang
tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi
Ekstrinsik
Jenis
motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi
yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya
seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat
peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan
menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari
motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan
berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa
cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi instrinsik
antata lain:
1)
Kompetisi
(persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang
telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.
2)
Pace Making (membuat
tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan belajar mengajar guru,
hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tujuan yang akan dicapai
sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai tujuan tersebut.
3)
Tujaun
yang jelas: motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan,
makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula
motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
4)
Kesempurnaan
untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan
kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang
sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada
anak untuk meraih sukses dengan usaha mandiri, tentu saja dengan bimbingan
guru.
5)
Minat yang
besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.
6)
Mengadakan
penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan
memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa
yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru mengatakan
bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan
menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu
merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa
motivsi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang
berfungsinya karena adanya perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan,
untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.
G. Gaya Belajar
Kalangan pendidik telah menyadari
bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian siswa bisa belajar
dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain melakukannya. Biasanya,
mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut. Mereka lebih suka
menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka biasanya diam dan
jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda dengan
peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk memperhatikan
apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka menggurulkan
kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka mungkin
banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan.
Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam
kegiatan. Mereka cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama
pelajaran, mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan
mengerjakan sesuatu. Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida
karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa
yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar. Grinder (1991) menyatakan bahwa
dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar dengan efektif
selama gurunya mengahadirkan kegaitan belajar yang berkombinasi antara visual,
auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikan menyukai salah satu
bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti berupaya keras
untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam menyajikan pelajaran
sesuai dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan ini, pengajaran
harus bersifat mulitsensori dan penuh dengan variasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian
dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8)
mengelompokkan penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai
peneliti; (b) penelitian tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d)
administrasi social eksperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru
sebagai peneliti, penanggung jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan
utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan
siapapun, kehadiran peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan
dilakukan seperti biasa, sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara
ini diharapkan didapatkan data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang
diperlukan.
A. Tempat, Waktu dan Subyek
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat penelitian
adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk memperoleh data
yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SDN Kedungori 1 UPTD Dikpora
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Waktu
Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu
berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Oktober semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014.
3. Subyek
Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi
Kelas VI SDN Kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Tahun
Pelajaran 2013/2014 pada materi pokok Konduktor dan Isolator Panas.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk
kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana
praktek pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5)
PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat sistematis reflektif oleh pelaku
tindakan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah
untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran secara berkesinambungan,
sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan model
penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu
ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian
tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 3.1 Alur PTK
Penjelasan alur di atas adalah:
- Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.
- Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model eksperimen .
- Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
- Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi
dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana masing putaran dikenai
perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok
bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir masing putaran. Dibuat dalam
tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pengajaran yang telah
dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan kelas, serta penilaian
hasil belajar.
2. Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Yaitu merupakan perangkat
pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan disusun
untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar, indikator
pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar
mengajar.
3. Lembar
Kegiatan Siswa
Lembar kegiatan ini yang dipergunakan
siswa untuk membantu proses pengumpulan data hasil eksperimen.
4. Tes
formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman
konsep IPA pada materi pokok Konduktor dan Isolator Panas Tes formatif ini
diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan ganda
(objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 30 soal yang telah diujicoba,
kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas.
Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik dan memenuhi syarat
digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi butir soal adalah
sebagai berikut:
a.
Validitas
Tes
Validitas butir soal atau validitas
item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing butir soal.
Sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat
kevalidan ini dapat dihitung dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto,
2001: 72)
Dengan: rxy :
Koefisien korelasi product moment
N :
Jumlah peserta tes
ΣY :
Jumlah skor total
ΣX :
Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY :
Jumlah hasil kali skor butir soal
b.
Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam
penelitian ini menggunakan rumus belah dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 20001:
93)
Dengan: r11 :
Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan
tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga
r11 dari perhitungan lebih besar dari harga r pada tabel product
moment maka tes tersebut reliabel.
c.
Taraf
Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan
mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk
menentukan taraf kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P : Indeks kesukaran
B :
Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js :
Jumlah seluruh siswa peserta tes
Kriteria
untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
-
Soal
dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
-
Soal
dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
-
Soal
dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d.
Daya
Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut
indeks diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi
adalah sebagai berikut:
(Suharsimi
Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks
diskriminasi
BA :
Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB :
Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
JA :
Jumlah peserta kelompok atas
JB :
Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta
kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta
kelompok bawah yang menjawab benar
Kriteria yang digunakan untuk
menentukan daya pembeda butir soal sebagai berikut:
-
Soal
dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
-
Soal
dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
-
Soal
dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
-
Soal
dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik
D. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam
penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan belajar dengan metode
eksperimen, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
E. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui keefektivan suatu
metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian
ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai
siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan
atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap
putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis
pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistic
sederhana yaitu:
- Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai
yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di
kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
Dengan :
= Nilai rata-rata
Σ X =
Jumlah semua nilai siswa
Σ N =
Jumlah siswa
2. Untuk
ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar
yaitu secara perorangan dan secara klasikal (Kurikulum SDN Kedungori, 2013),
yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau
nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85%
yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba
item butir soal, data observasi berupa pengamatan pengelolaan belajar dengan
metode eksperimen dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir
pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba
item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul mewakili apa
yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas, reliabilitas,
taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data tes formatif
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan belajar
dengan metode eksperimen.
A. Analisis
Item Butir Soal
Sebelum melaksanakan pengambilan data
melalui instrumen penelitian berupa tes dan mendapatkan tes yang baik, maka
data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji coba dilakukan pada siswa di luar
sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan meliputi:
- Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan
untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan sebagai instrument
dalam penelitian ini. Dari perhitungan 30 soal diperoleh 10 soal tidak valid dan
20 soal valid. Hasil dari validits soal-soal dirangkum dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
|
Soal Tidak Valid
|
2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23,
25, 26, 27, 28, 29, 30
|
1, 5, 6, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
|
- Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat
validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien
reliabilitas r11 sebesar 0, 596. Harga ini lebih besar dari harga r
product moment. Untuk jumlah siswa (N = 36) dengan r (95%) = 0,413. Dengan
demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat reliabilitas.
- Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk
mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis menunjukkan dari 30 soal yang
diuji terdapat:
-
15 soal
mudah
-
10 soal
sedang
-
5 soal sukar
- Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk
mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi
dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda
diperoleh soal yang berkriteria jelek sebanyak 10 soal, berkriteria cukup 25
soal, berkriteria baik 15 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan
telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya
pembeda.
B. Analisis Data Penelitian
Persiklus
1. Siklus
I
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes
formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 3 Oktober 2013 di Kelas VIdengan
jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar
mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan
siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil
penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
Table 4.2.
Distribusi Nilai Tes Pada Siklus I
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
50
|
√
|
19
|
40
|
√
|
||
2
|
50
|
√
|
20
|
70
|
√
|
||
3
|
60
|
√
|
21
|
80
|
√
|
||
4
|
60
|
√
|
22
|
70
|
√
|
||
5
|
40
|
√
|
23
|
70
|
√
|
||
6
|
80
|
√
|
24
|
40
|
√
|
||
7
|
70
|
√
|
25
|
50
|
√
|
||
8
|
60
|
√
|
26
|
60
|
√
|
||
9
|
70
|
√
|
27
|
70
|
√
|
||
10
|
50
|
√
|
28
|
50
|
√
|
||
11
|
60
|
√
|
29
|
80
|
√
|
||
12
|
80
|
√
|
30
|
40
|
√
|
||
13
|
70
|
√
|
31
|
70
|
√
|
||
14
|
70
|
√
|
32
|
40
|
√
|
||
15
|
70
|
√
|
33
|
100
|
√
|
||
16
|
50
|
√
|
34
|
70
|
√
|
||
17
|
90
|
√
|
35
|
50
|
√
|
||
18
|
90
|
√
|
36
|
80
|
√
|
||
Jumlah
|
1220
|
9
|
9
|
Jumlah
|
1130
|
11
|
7
|
Jumlah Skor 2350
Jumlah Skor Maksimal
Ideal 3600
Rata-Rata Skor
Tercapai 65,28
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 20
Jumlah siswa yang belum tuntas : 16
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus I
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
65,28
20
55,56
|
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan
menerapkan metode eksperimen diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa
adalah 65,28 dan ketuntasan belajar mencapai 55,56% atau ada 20 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum
tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 55,56%
lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal
ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang
dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan metode eksperimen.
2. Siklus
II
a. Tahap
perencanaan
Pada tahap inipeneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS, 2, soal tes
formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2003 di Kelas VI dengan
jumlah siswa 36 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak
terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian
pada siklus II adalah sebagai berikut.
Table 4.4. Distribusi
Nilai Tes Pada Siklus II
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
√
|
19
|
60
|
√
|
||
2
|
50
|
√
|
20
|
70
|
√
|
||
3
|
70
|
√
|
21
|
90
|
√
|
||
4
|
60
|
√
|
22
|
70
|
√
|
||
5
|
50
|
√
|
23
|
70
|
√
|
||
6
|
80
|
√
|
24
|
50
|
√
|
||
7
|
70
|
√
|
25
|
50
|
√
|
||
8
|
80
|
√
|
26
|
60
|
√
|
||
9
|
70
|
√
|
27
|
70
|
√
|
||
10
|
50
|
√
|
28
|
80
|
√
|
||
11
|
60
|
√
|
29
|
80
|
√
|
||
12
|
80
|
√
|
30
|
50
|
√
|
||
13
|
70
|
√
|
31
|
70
|
√
|
||
14
|
70
|
√
|
32
|
50
|
√
|
||
15
|
70
|
√
|
33
|
100
|
√
|
||
16
|
50
|
√
|
34
|
70
|
√
|
||
17
|
90
|
√
|
35
|
70
|
√
|
||
18
|
90
|
√
|
36
|
80
|
√
|
||
Jumlah
|
1220
|
12
|
6
|
Jumlah
|
1290
|
14
|
4
|
Jumlah Skor 2510
Jumlah Skor
Maksimal Ideal 3600
Rata-Rata Skor
Tercapai 69,72
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 26
Jumlah siswa yang belum tuntas : 10
Klasikal : Belum tuntas
Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes
Pada Siklus II
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus II
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
69,72
26
72,22
|
Dari tabel di atas diperoleh nilai
rata-rata prestasi belajar siswa adalah 69,72 dan ketuntasan belajar mencapai 72,22%
atau ada 26 siswa dari 36 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan
bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami
peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar
siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran
akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih
termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang
dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan metode eksperimen.
3. Siklus
III
a. Tahap
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan
perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes
formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b. Tahap
kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2013 di Kelas VI dengan
jumlah siswa 46 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun
proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan
revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak
terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan
dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar
siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan.
Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian
pada siklus III adalah sebagai berikut.
Table 4.6. Distribusi Nilai Tes Pada Siklus III
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
No. Urut
|
Skor
|
Keterangan
|
||
T
|
TT
|
T
|
TT
|
||||
1
|
60
|
√
|
19
|
80
|
√
|
||
2
|
60
|
√
|
20
|
100
|
√
|
||
3
|
90
|
√
|
21
|
80
|
√
|
||
4
|
80
|
√
|
22
|
90
|
√
|
||
5
|
80
|
√
|
23
|
90
|
√
|
||
6
|
100
|
√
|
24
|
70
|
√
|
||
7
|
90
|
√
|
25
|
90
|
√
|
||
8
|
80
|
√
|
26
|
100
|
√
|
||
9
|
100
|
√
|
27
|
90
|
√
|
||
10
|
80
|
√
|
28
|
80
|
√
|
||
11
|
80
|
√
|
29
|
100
|
√
|
||
12
|
90
|
√
|
30
|
80
|
√
|
||
13
|
90
|
√
|
31
|
90
|
√
|
||
14
|
100
|
√
|
32
|
60
|
√
|
||
15
|
90
|
√
|
33
|
100
|
√
|
||
16
|
80
|
√
|
34
|
90
|
√
|
||
17
|
100
|
√
|
35
|
80
|
√
|
||
18
|
100
|
√
|
36
|
100
|
√
|
||
Jumlah
|
1540
|
16
|
2
|
Jumlah
|
1560
|
16
|
2
|
Jumlah Skor 3100
Jumlah Skor
Maksimal Ideal 3600
Rata-Rata Skor
Tercapai 86,11
|
Keterangan: T :
Tuntas
TT :
Tidak Tuntas
Jumlah siswa yang tuntas : 33
Jumlah siswa yang belum tuntas : 3
Klasikal : Tuntas
Tabel 4.7. Rekapitulasi
Hasil Tes Pada Siklus III
No
|
Uraian
|
Hasil Siklus III
|
1
2
3
|
Nilai rata-rata tes formatif
Jumlah siswa yang tuntas belajar
Persentase ketuntasan belajar
|
86,11
33
91,67
|
Berdasarkan tabel diatas diperoleh
nilai rata-rata tes formatif sebesar 86,11 dan dari 36 siswa yang telah tuntas
sebanyak 33 siswa dan 3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara
klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 91,67% (termasuk
kategori tuntas). Hasil pada siklus III
ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil
belajar pada siklus III ini dipengaeruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru
dalam menerapkan belajar dengan metode eksperimen sehingga siswa menjadi lebih
terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang telah diberikan.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang
telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar
mengajar dengan Penerapan metode eksperimen. Dari data-data yang telah
diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
1)
Selama
proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik.
Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya
untuk masing-masing aspek cukup besar.
2)
Berdasarkan
data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar
berlangsung.
3)
Kekurangan
pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan
sehingga menjadi lebih baik.
4)
Hasil
belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi
Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan
belajar dengan metode eksperimen dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa
serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan
dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu
diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan
apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan proses belajar
mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan
Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini
menunjukkan bahwa metode eksperimen memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman
siswa terhadap materi yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari
sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 55,56%, 72,22%, dan 91,67%. Pada
siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan
Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dalam setiap siklus mengalami
peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu
dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus
yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas
Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada Materi Konduktor dan
Isolator Panas dengan metode eksperimen yang paling dominan adalah mengamati,
memperhatikan mencoba, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi
dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama
pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah belajar dengan metode
eksperimen dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di
antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan
LKS/menemukan konsep, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab
dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta
analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran
dengan metode eksperimen memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap
siklus, yaitu siklus I (55,56%), siklus II (72,22%), siklus III (91,67%).
- Penerapan metode eksperimen mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan rata-rata jawaban siswa hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengn metode eksperimen sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh
dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPA lebih efektif dan lebih
memberikan hasil yang optimal bagi siswa, makan disampaikan saran sebagai
berikut:
- Untuk melaksanakan belajar dengan metode eksperimen memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode eksperimen dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Kedungori 1. Tahun Pelajaran 2013/2014.
- Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi.
1998. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dahar, R.W. 1989. Teori-teori
Belajar. Jakarta:
Erlangga.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar,
Jakarta. Balai
Pustaka.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi
Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.
Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.
Hamalik, Oemar. 1994. Metode Pendidikan. Bandung:
Citra Aditya Bakti.
Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Hudoyo, H. 1990. Strategi
Belajar Mengajar Matematika. Malang:
IKIP Malang.
Kemmis, S. dan Mc. Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Victoria Dearcin University
Press.
Margono. 1997. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta.
Rineksa Cipta.
Mursell, James ( - ). Succesfull Teaching (terjemahan). Bandung: Jemmars.
Ngalim, Purwanto M.
1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto M.
1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Purwanto, N. 1988. Prinsip-prinsip dan Teknis Evaluasi Pengajaran. Bandung. Remaja Rosda Karya.
Rustiyah, N.K. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Bina Aksara.
Saliwangi, B. 1988. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Sardiman, A.M. 1996. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.
Soekamto, Toeti. 1997. Teori Belajar dan Model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Syah, Muhibbin. 1995. Psikologi Pendidikan, Suatu Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Wetherington. H.C. and W.H. Walt. Burton. 1986. Teknik-teknik Belajar dan Mengajar. (terjemahan) Bandung: Jemmars.
PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK PENINGKATAN
PRESTASI BELAJAR IPA MATERI MEMBANDINGKAN BENDA KONDUKTOR DAN ISOLATOR PADA SISWA
KELAS VI SDN KEDUNGORI 1 UPTD DIKPORA
KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2013/2014
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
OLEH
KARTONO,
S.Pd
NIP: 19710627 199903 1 007
SDN KEDUNGORI 1
HALAMAN PERSETUJUAN DAN
PENGESAHAN
Setelah membaca
dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian yang dipublikasikan
dan didokumentasikan di perpustakaan SDN Kedungori 1 hasil karya dari:
Nama : KARTONO, S.Pd
NIP : 19710627 199903 1 007
Unit Kerja : SDN
Kedungori 1
Judul : Penerapan
Metode Eksperimen Untuk Peningkatan Prestasi Belajar IPA Pada Materi
Membandingkan Benda Konduktor dan Isolator Pada Siswa Kelas VI SDN Kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan Dempet
Kabupaten Demak Tahun 2013/2014
Menyetujui dan mengesahkan
untuk diajukan mendapatkan Penetapan Angka Kredit Kenaikan Pangkat dalam
jabatan fungsional guru.
Kepala SDN Kedungori 1
SUPRIYANTO, S.Pd
NIP: 19710627 199903 1 007
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Karya Ilmiah ini diajukan sebagai syarat untuk memenuhi penetapan
angka kredit kenaikan pangkat dalam jabatan fungsional guru melalui
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Karya ilmiah ini bisa
dipublikasikan, telah disetujui dan disahkan untuk didokumentasikan di
perpustakaan SDN Kedungori 1.
Pada Hari :
……………………
Tanggal : ……………………
Pustakawan
Kepala
SDN Kedungori 1 SDN Kedungori 1
UPTD Dikpora Kec. Dempet UPTD Dikpora Kec. Dempet
ELVIRA
INDAH ARYANI, S.Pd SUPRIYANTO, S.Pd NIP. 19710627 199903 1 007.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap
syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya ilmiah dengan
judul “Penerapkan Metode Eksperimen
Untuk Peningkatan Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI Semester I SDN
Kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan Dempet kabupaten Demak Tahun 2013/2014
Materi Pokok Konduktor dan Isolator Panas”, penulisan karya ilmiah ini
kami susun untuk dipakai dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat dipakai
sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat.
Dalam penyusunan
karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu
terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:
1.
Yth. Pengawas
TK/SD Dabin 1
2.
Yth. Kepala
SDN Kedungori 1
3.
Yth. Rekan-rekan
Guru SDN Kedungori 1
4.
Semua
pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh
dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak selalu penulis harapkan.
Penulis
ABSTRAK
Kartono, S.Pd,
NIP.197106271999031007, 2013. Penerapan Metode Eksperimen untuk Peningkatan
Prestasi Belajar IPA Pada Siswa Kelas VI SDN kedungori 1 UPTD Dikpora Kecamatan
Dempet Kabupaten Demak Tahun 2013/2014.
Kata kunci: ilmu pengetahuan alam, metode eksperimen
Penggunaan metode eksperimen
diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitas belajar mengajar tidak
terjadi kejenuhn, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional
dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang
diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa
Permasalahan yang ingin
dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah peningkatan prestasi
belajar IPA dengan diterapkannya metode eksperimen? (b) Bagaimanakah pengaruh
metode demostrasi terhadap motivasi belajar siswa?
Sedangkan tujuan dari penelitian
ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkannya metode eksperimen. (b) Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar
siswa setelah diterapkan metode eksperimen.
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga putaran. Setiap putaran terdiri dari
empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan, refleksi, dan refisi.
Sasaran penelitian ini adalah siswa Kelas VI SDN Kedungori 1 UPTD Dikpora
Kecamatan Dempet. Data yang diperoleh berupa hasil tes formatif, lembar
observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analisis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami
peningkatan dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (55,56%), siklus II
(72,22%), siklus III (91,67%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode
eksperimen dapat berpengaruh positif terhadap prestasi dan motivasi belajar
Siswa SDN Kedungori 1 Kec. Dempet Kab.Demak, serta model pembelajaran ini dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan .............................................................................................. ii
Kata Pengantar ....................................................................................................... iv
Abstrak .................................................................................................................... v
Daftar Isi ................................................................................................................ vi
BAB ..... I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah ........................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ..................................................................... 4
C.
Tujuan
Penelitian ....................................................................... 5
D.
Manfaat
Penelitian ................................................................... 5
E.
Batasan
Masalah ....................................................................... 5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Definisi
Pembelajaran .............................................................. 7
B.
Hakekat
IPA.............................................................................. 8
C.
Proses
Belajar Mengajar IPA..................................................... 9
D.
Prestasi
Belajar IPA................................................................. 11
E.
Metode
Eksperimen................................................................. 12
F.
Motivasi
Belajar ..................................................................... 15
G.
Gaya
Belajar ............................................................................ 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tempat, Waktu,
dan Subyek Penelitian .................................. 22
B.
Rancangan
Penelitian ............................................................. 22
C.
Instrumen
Penelitian ......................................................... 25
D.
Metode
Pengumpulan Data .................................................... 29
E.
Teknik
Analisis Data ............................................................. 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Analisis
Item Butir Soal ......................................................... 31
B.
Analisis
Data Penelitian Persiklus .......................................... 33
C.
Pembahasan
............................................................................. 41
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan
............................................................................. 43
B.
Saran ....................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45
RENCANA PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
( RPP )
SIKLUS 1
Sekolah : SDN Kedungori 1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan
Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Konduktor Dan
Isolator Panas
Waktu :
2 x 45 menit (1 x pertemuan )
Metode :
Eksperimen
A.
Standar Kompetensi :
5. Memahami saling hubungan antara
suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda
B. Kompetensi
Dasar
5.1 Membandingkan sifat kemampuan
menghantarkan panas dari berbagai benda
C. Tujuan
Pembelajaran**:
o
Siswa
dapat Memahami peta konsep tentang benda
o
Siswa
dapat Memahami sifat-sifat benda yang
berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
o
Siswa
dapat Membedakan sifat benda konduktor
dan isolator panas
o
Siswa
dapat Menjawab soal pada lembar kegiatan
o
Siswa
dapat Memahami peta konsep tentang benda
o
Siswa
dapat Menyebutkan beberapa benda yang
tergolong konduktor
o
Siswa
dapat Menyebutkan beberapa benda yang
tergolong isolator
& Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence
) , Tanggung jawab ( responsibility )
Dan Ketelitian ( carefulness)
D. Materi
Essensial
Benda konduktor dan isolator panas.
E. Media
Belajar
o
Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
o
Lilin,
korek api, lidi, kawat, sendok logam, sendok plastik, pensil, ranting
kayu, benda-benda lain.
F. Rincian
Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
|
|
Apersepsi dan Motivasi :
o
Menyampaikan Tujuan
Pembelajaran**: dan kompetensi yang
diharapkan
|
(5 menit)
|
& Eksplorasi
Dalam
kegiatan eksplorasi, guru:
F Menyajikan
peta konsep tentang benda
F Menanyakan
sifat-sifat benda yang berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
F Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
F Menyuruh
siswa membaca buku paket, mengerjakan soal-soal yang ada..
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Tanya
jawab sifat benda konduktor dan isolator panas
F Melakukan kegiatan sekilas.
F Menjawab soal
pada lembar kegiatan
F memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan
lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
F memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
F memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
& Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
|
(50 menit)
|
o
Memberikan kesimpulan bahwa
konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dan isolator adalah
benda yang tidak dapat menghantarkan panas
|
(5 menit)
|
o
–
|
G.
Penilaian:
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
o Membedakan
arti konduktor dan isolator.
o Melakukan
percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan
isolator panas
o Menggolongkan
benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
|
Tugas Individu
Tugas Kelompok
|
Laporan
Uraian Objektif
|
o Bedakan
arti konduktor dan isolator.
o Jelaskanlah
percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan
isolator panas
o Golongkan
benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
|
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
&
Produk ( hasil diskusi )
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
*
semua benar
*
sebagian besar benar
*
sebagian kecil benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
&
Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
3.
|
Pengetahuan
Praktek
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
4
2
1
|
&
LEMBAR PENILAIAN
No
|
Nama Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah
Skor
|
Nilai
|
||
Pengetahuan
|
Praktek
|
Sikap
|
|||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
CATATAN
:
@ Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak
memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Kedungori, 3 Oktober2013
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru
Kelas VI
SUPRIYANTO,
S.Pd KARTONO,
S.Pd
NIP : 19621005 198304 1
001 NIP :
19710627 199903 1 007
RENCANA PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
( RPP )
SIKLUS 2
Sekolah : SDN Kedungori 1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan
Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Konduktor Dan
Isolator Panas
Waktu :
2 x 45 menit (1 x pertemuan )
Metode :
Eksperimen
A. Standar Kompetensi :
5. Memahami saling hubungan antara
suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda
B. Kompetensi Dasar
5.1 Membandingkan sifat kemampuan
menghantarkan panas dari berbagai benda
C. Tujuan Pembelajaran**:
o
Siswa
dapat Memahami peta konsep tentang benda
o
Siswa
dapat Memahami sifat-sifat benda yang
berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
o
Siswa
dapat Membedakan sifat benda konduktor
dan isolator panas
o
Siswa
dapat Menjawab soal pada lembar kegiatan
o
Siswa
dapat Memahami peta konsep tentang benda
o
Siswa
dapat Menyebutkan beberapa benda yang
tergolong konduktor
o
Siswa
dapat Menyebutkan beberapa benda yang
tergolong isolator
& Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence
) , Tanggung jawab ( responsibility )
Dan Ketelitian ( carefulness)
D. Materi Essensial
Benda konduktor dan isolator panas.
E. Media Belajar
o
Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
o
Lilin,
korek api, lidi, kawat, sendok logam, sendok plastik, pensil, ranting
kayu, benda-benda lain.
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
|
|
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o
Menyampaikan Tujuan
Pembelajaran**: dan kompetensi yang
diharapkan
|
(5 menit)
|
2. Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam
kegiatan eksplorasi, guru:
F Menyajikan
peta konsep tentang benda
F Menanyakan
sifat-sifat benda yang berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
F Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
F memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di depan kelas.
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Tanya
jawab sifat benda konduktor dan isolator panas
F Melakukan kegiatan
F Menjawab soal
pada lembar kegiatan
F memfasilitasi peserta didik melalui eksperimen, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
F memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
F memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
& Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
|
(50 menit)
|
3. Penutup
o
Memberikan kesimpulan bahwa
konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dan isolator adalah
benda yang tidak dapat menghantarkan panas
|
(5 menit)
|
4. Pekerjaan Rumah
o
–
|
G. Penilaian:
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
o Membedakan
arti konduktor dan isolator.
o Melakukan
percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan
isolator panas
o Menggolongkan
benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
|
Tugas Individu
Tugas Kelompok
|
Laporan
Uraian Objektif
|
o Bedakan
arti konduktor dan isolator.
o Jelaskanlah
percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan
isolator panas
o Golongkan
benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
|
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
&
Produk ( hasil diskusi )
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
*
semua benar
*
sebagian besar benar
*
sebagian kecil benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
&
Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
3.
|
Pengetahuan
Praktek
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
4
2
1
|
&
LEMBAR PENILAIAN
No
|
Nama Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah
Skor
|
Nilai
|
||
Pengetahuan
|
Praktek
|
Sikap
|
|||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
CATATAN
:
@ Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak
memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Kedungori, 10 Oktober2013
Mengetahui
Kepala
Sekolah Guru
Kelas VI
SUPRIYANTO,
S.Pd KARTONO,
S.Pd
NIP : 19621005 198304 1
001 NIP :
19710627 199903 1 007
RENCANA PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
( RPP )
SIKLUS 3
Sekolah : SDN Kedungori 1
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan
Alam ( IPA )
Kelas/Semester : VI / 1
Materi Pokok : Konduktor Dan
Isolator Panas
Waktu :
2 x 45 menit (1 x pertemuan )
Metode :
Eksperimen
A. Standar Kompetensi :
5. Memahami saling hubungan antara
suhu, sifat hantaran dan kegunaan benda
B. Kompetensi Dasar
5.1 Membandingkan sifat kemampuan
menghantarkan panas dari berbagai benda
C. Tujuan Pembelajaran**:
o
Siswa
dapat Memahami peta konsep tentang benda
o
Siswa
dapat Memahami sifat-sifat benda yang
berhubungan dengan panas yang diterima benda tersebut.
o
Siswa
dapat Membedakan sifat benda konduktor
dan isolator panas
o
Siswa
dapat Menjawab soal pada lembar kegiatan
o
Siswa
dapat Memahami peta konsep tentang benda
o
Siswa
dapat Menyebutkan beberapa benda yang
tergolong konduktor
o
Siswa
dapat Menyebutkan beberapa benda yang
tergolong isolator
& Karakter siswa yang diharapkan : Disiplin ( Discipline ), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence
) , Tanggung jawab ( responsibility )
Dan Ketelitian ( carefulness)
D. Materi Essensial
Benda konduktor dan isolator panas.
E. Media Belajar
o
Buku SAINS SD Relevan Kelas VI
o
Lilin,
korek api, lidi, kawat, sendok logam, sendok plastik, pensil, ranting
kayu, benda-benda lain.
F. Rincian Kegiatan Pembelajaran Siswa
Pertemuan ke-1
|
|
1. Pendahuluan
Apersepsi dan Motivasi :
o
Menyampaikan Tujuan
Pembelajaran**: dan kompetensi yang
diharapkan
|
(5 menit)
|
2. Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam
kegiatan eksplorasi, guru:
F Menanyakan
peta konsep tentang benda
F Tanya
jawab sifat-sifat benda yang berhubungan dengan panas yang diterima benda
tersebut.
F Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
dan
F Memfasilitasi
peserta didik melakukan percobaan di depan kelas dan di halaman sekitar kelas..
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Tanya
jawab sifat benda konduktor dan isolator panas
F Melakukan pengamatan
melalui kegiatan diskusi
kelas.
F Menjawab soal
pada lembar kegiatan
F memfasilitasi peserta didik melalui eksperimen, diskusi,
dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun
tertulis;
F memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
F memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
F memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual
maupun kelompok;
& Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F Guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
F Guru bersama siswa
bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan
|
(50 menit)
|
3. Penutup
o
Memberikan kesimpulan bahwa
konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dan isolator adalah
benda yang tidak dapat menghantarkan panas
|
(5 menit)
|
4. Pekerjaan Rumah
o
–
|
G. Penilaian:
Indikator Pencapaian Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
o Membedakan
arti konduktor dan isolator.
o Melakukan
percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan
isolator panas
o Menggolongkan
benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
|
Tugas Individu
Tugas Kelompok
|
Laporan
Uraian Objektif
|
o Bedakan
arti konduktor dan isolator.
o Jelaskanlah
percobaan untuk menyelidiki benda yang bersifat sebagai konduktor dan
isolator panas
o Golongkan
benda yang bersifat sebagai konduktor atau isolator panas.
|
FORMAT KRITERIA PENILAIAN
&
Produk ( hasil diskusi )
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
|
Konsep
|
*
semua benar
*
sebagian besar benar
*
sebagian kecil benar
* semua salah
|
4
3
2
1
|
&
Performansi
No.
|
Aspek
|
Kriteria
|
Skor
|
1.
2.
3.
|
Pengetahuan
Praktek
Sikap
|
* Pengetahuan
* kadang-kadang Pengetahuan
* tidak Pengetahuan
* aktif Praktek
* kadang-kadang aktif
* tidak aktif
* Sikap
* kadang-kadang Sikap
* tidak Sikap
|
4
2
1
4
2
1
4
2
1
|
&
LEMBAR PENILAIAN
No
|
Nama Siswa
|
Performan
|
Produk
|
Jumlah
Skor
|
Nilai
|
||
Pengetahuan
|
Praktek
|
Sikap
|
|||||
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
|
CATATAN
:
@ Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
@ Untuk siswa yang tidak
memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Kedungori, 17 Oktober2013
Mengetahui
Kepala
Sekolah Guru
Kelas VI
SUPRIYANTO,
S.Pd KARTONO,
S.Pd
NIP : 19621005 198304 1
001 NIP :
19710627 199903 1 007
DATA SISWA KELAS VI SDN KEDUNGORI 1
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2013/2014
NO
|
NAMA
|
JENIS KELAMIN
|
|
URUT
|
INDUK
|
||
1
|
389
|
MUHAMMAD
FIKRI SETYA BUDI
|
L
|
2
|
392
|
MUHAMMAD
YUSUF
|
L
|
3
|
401
|
SARTIKO
MULYO
|
L
|
4
|
402
|
SRI
RAHAYU
|
P
|
5
|
407
|
VIVI
AULIA AGUSTIN
|
P
|
6
|
410
|
AHMAD
NUR ROZIKIN
|
L
|
7
|
411
|
AYU
KHARISMA YANI
|
P
|
8
|
412
|
AYU
SORAYA
|
P
|
9
|
413
|
BAGUS
PRAKOSO
|
L
|
10
|
414
|
BAITUL
ILMI
|
L
|
11
|
415
|
DADANG
NURHASIM
|
L
|
12
|
416
|
DELLA
CHURUN SYAHARA
|
P
|
13
|
417
|
DIVA
ADITIA PUTRA
|
L
|
14
|
418
|
DIAH
YAYUK PRATIWI
|
P
|
15
|
419
|
DINDA
AYUNITA SARI
|
P
|
16
|
420
|
DIYANA
NOFITASARI
|
P
|
17
|
421
|
DWI
PRANOTO
|
L
|
18
|
422
|
FAJAR
SATRIA AGUSTI
|
L
|
19
|
423
|
FARIDATUL
ULFA
|
P
|
20
|
424
|
HASNA
LAILATUL FARIDAH
|
P
|
21
|
425
|
KOMARI
|
L
|
22
|
426
|
KURNIAWATI
DEWI MUBAROH
|
P
|
23
|
428
|
LINDHA
NURUL SHOFIANA
|
P
|
24
|
429
|
MUHAJIRUL
KHOIRUL ANWAR
|
L
|
25
|
430
|
MUHAMMAD
NASRULLAH
|
L
|
26
|
431
|
NURUL
AINI
|
P
|
27
|
432
|
POPPY
INDRIYANING RISTI
|
P
|
28
|
433
|
RIFKI
RIDYASMARA
|
L
|
29
|
434
|
RISA
PUJI UTAMI
|
P
|
30
|
435
|
RISMA
DIAH EVI PUSPITASARI
|
P
|
31
|
438
|
SEPIA
HARTININGSIH
|
P
|
32
|
439
|
SHINTA
NOOR PUTRI
|
P
|
33
|
440
|
SINTA
NOVITA
|
P
|
34
|
442
|
TATIK
INDAH KURNIA
|
P
|
35
|
443
|
USMAH
ABDUL AZIS
|
L
|
36
|
588
|
ERIKA
AYU GEOVANI
|
P
|
INSTRUMEN
SOAL KONDUKTOR DAN ISOLATOR PANAS
Pilihlah
jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d!
- Benda disebut konduktor panas jika . . . .
a. terbuat dari logam
b. panas bila terbakar
c. dapat menyekat panas
d. dapat menghantarkan panas
- Benda berikut ini yang merupakan konduktor panas adalah . . . .
a. papan
b. kain
c. kayu
d. seng
- Berikut ini yang merupakan bahan penghantar panas yang baik adalah ....
a. aluminium
b. kuningan
c. seng
d. baja
- Ebonit dipakai untuk melapisi tangkai sendok sayur. Dalam hal ini Ebonit berfungsi sebagai . . . .
a. konduktor
b. isolator
c. konduksi
d. radiasi
- Bahan berikut yang bukan merupakan isolator panas adalah . .. .
a. wol
b. bulu hewan
c. kayu
d. logam
- Logam bersifat konduktor panas banyak digunakan untuk membuat . . . .
a. sendok
b. panci
c. termos
d. piring
- Benda yang tidak dapat menghantarkan panas dengan baik disebut ....
a. isolator panas
b. konduktor panas
c. distributor panas
d. radiator panas
- Gagang setrika dibuat dari bahan ....
a. kayu
b. kaca
c. tembaga
d. aluminium
- Benda berikut ini yang paling cepat panas ketika terkena sinar matahari adalah . . .
a. tembok
b. pohon
c. tiang listrik
d. tanah
a.1 b. 2 c. 3
d. 4
11. Pernyataan yang benar
tentang panas ialah ….
a. dapat berpindah
b. energi yang akan hilang
c. tidak dapat berpindah
d. energi yang tidak dapat diterima oleh logam
a. dapat berpindah
b. energi yang akan hilang
c. tidak dapat berpindah
d. energi yang tidak dapat diterima oleh logam
12. Perpindahan panas
dari satu benda ke benda lain disebut ….
a. hantaran
b. aliran
c. pancaran
d. radiasi
a. hantaran
b. aliran
c. pancaran
d. radiasi
13. Konduktor panas adalah
benda-benda yang ….
a. tidak dapat menghantarkan panas
b. dapat menghantarkan panas
c. tetap dingin jika terkena panas
d. mengeluarkan cahaya jika terkena panas
a. tidak dapat menghantarkan panas
b. dapat menghantarkan panas
c. tetap dingin jika terkena panas
d. mengeluarkan cahaya jika terkena panas
14. Benda berikut ini
yang bukan konduktor panas adalah ….
a. wajan
b. panci
c. sendok aluminium
d. gelas plastik
a. wajan
b. panci
c. sendok aluminium
d. gelas plastik
15. Pengertian dari
isolator panas yang tepat adalah ….
a. benda-benda yang dapat menghantarkan panas
b. benda-benda yang tidak dapat menghantarkan panas
c. benda-benda yang dapat melepaskan panas
d. benda-benda yang tidak dapat menerima panas
a. benda-benda yang dapat menghantarkan panas
b. benda-benda yang tidak dapat menghantarkan panas
c. benda-benda yang dapat melepaskan panas
d. benda-benda yang tidak dapat menerima panas
16. Benda berikut ini
yang termasuk isolator panas adalah ….
a. pisau
b. kunci
c. penggaris plastik
d. gunting aluminium
a. pisau
b. kunci
c. penggaris plastik
d. gunting aluminium
17. Termos memanfaaatkan
sifat benda berupa ….
a. isolator panas
b. konduktor panas
c. konduksi panas
d. isolasi panas
a. isolator panas
b. konduktor panas
c. konduksi panas
d. isolasi panas
18. Fungsi lapisan kaca
pada termos ialah ….
a. menyerap panas
b. mengalirkan panas
c. menghasilkan panas
d. memantulkan panas
a. menyerap panas
b. mengalirkan panas
c. menghasilkan panas
d. memantulkan panas
19. Alasan paling tepat
mengapa besi digunakan sebagai bahan setrika adalah ….
a. besi mengkilap
b. besi mudah dibentuk
c. besi dapat menghantarkan panas
d. besi bersifat keras
a. besi mengkilap
b. besi mudah dibentuk
c. besi dapat menghantarkan panas
d. besi bersifat keras
20. Pegangan setrika
terbuat dari plastik agar ….
a. terlihat indah
b. mudah dipegang
c. tangan kita tidak kepanasan saat menyetrika
d. bagian bawah setrika menjadi panas
a. terlihat indah
b. mudah dipegang
c. tangan kita tidak kepanasan saat menyetrika
d. bagian bawah setrika menjadi panas
OBSERVASI
ACTION RESEARCH
Nama guru model :
Nama sekolah :
Tahun Pelajaran/ sem :
Pokok bahasan :
Sub pokok Bahasan :
Hari/ tanggal :
Siklus / pertemuan ke :
No
|
Aspek yang dilihat
|
Ya
|
Tidak
|
Keterangan
|
A
|
Guru
|
|||
Pendahuluan
a.Membuka pelajaran
b. Menberikan apersepsi
|
||||
Inti
a.
Menyebutkan judul pembelajaran
b.
Menyebutkan tujuan pembelajaran
c.
Materi sesuai yang diajarkan
d.
Memberikan kesempatan untuk bertanya
e.
Menjadi fasilitator kepada siswa
f.
Meminta siswa untuk meberikan
pendapat
g.
Menberikan tanggapan atas pendapat
siswa
h.
Menbagikan LKS kepada siswa
i.
Membimbing siswa saat proses KBM
j.
Berkeliling kelas saat memantau
pekerjaan kelompok/ individu
|
||||
Penutup
a.
Membimbing siswa dalam merangkum
b.
Memberikan tugas rumah
c.
Menutup pelajaran
|
||||
B
|
Siswa
|
|||
a.
Siap mengikuti pembelajaran
b.
Termotivasi dalam mengukuti
pembelajaran
c.
Aktif dalam mengikuti pelajaran
d.
Mengajukan pertanyaan
e.
Merespon jawaban guru.
f.
Siswa berpartisipasi aktif dalam
mengikuti pelajaran
g.
Siswa bisa belajar berkelompok
h.
Siswa mandiri dalam mengerjakan tugasnya
i.
Bisa belajar antar siswa.
|
||||
FORMAT KESEDIAAN SEBAGAI TEMAN
SEJAWAT
DALAM PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN
Kepada
Tim Penilai Angka Kredit
di Demak
Yang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa :
Nama
: NURHANDAYANI ZUBAIDAH, S.Pd
NIP : 19670622 198910 2 001
Tempat
mengajar : SD Negeri Kedungori 1
Alamat
Sekolah : SD Negeri Kedungori 1
Telepon
: -
Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk
mendampingi dalam pelaksanaan Pembelajaran atas nama :
Nama
: KARTONO, S.Pd
NIP : 19710627 199903 1 007
Mengajar
Kelas : VI
Tempat
mengajar : SD Negeri SD Negeri Kedungori 1
Alamat
Sekolah : SD Negeri Kedungori 1
Telepon
: -
Demikian agar surat pernyataan ini dapat digunakan
sebagaimana mestinya.
Mengetahui
Kepala Sekolah
SUPRIYANTO, S.Pd
NIP. 19621005 198304 1 001
|
Dempet, 3 Oktober 2013
Teman sejawat
NURHANDAYANI Z, S.Pd
NIP. 19670627 198910 2 001
|
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : KARTONO, S.Pd
NIP : 19710627
199903 1 007
Mengajar Kelas : VI
Tempat mengajar : SD Negeri SD Negeri Kedungori
Menyatakan bahwa
Nama : NURHANDAYANI ZUBAIDAH, S.Pd
NIP :
19670622 198910
2 001
Mengajar Kelas : IA
Tempat mengajar :
SD Negeri Kedungori 1
Adalah teman sejawat yang akan mmbantu dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran yang digunakan untuk Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dan P.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan
sebagaimana mestinya
Mengetahui
Kepala Sekolah
SUPRIYANTO, S.Pd
NIP. 19621005 198304 1 001
|
Dempet, 3
Oktober 2013
Teman sejawat
NURHANDAYANI Z, S.Pd
NIP. 19670622 198910 2 001
|
LAMPIRAN-LAMPIRAN
- Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 1
- Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 2
- Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus 3
- Data Siswa kelas VI SDN Kedungori 1 Tahun Pelajaran 2013/2014
- Instrumen Soal Formatif
- Observasi Action Research
- Kesedian Teman Sejawat dalam Penyelenggaraan Pembelajaran
- Surat Pernyataan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar